KOTA MALANG, ADA KEUNIKAN DAN LAWAS DIKAJOETANGAN ” RUMAH NAMSIN “
MALANG – Di antara sudut Kota Malang, terdapat satu area yang kini tengah populer dikunjungi wisatawan lokal dan mancanegara. Wilayah ini bernama Kajoetangan yang berada di Jalan Basuki Rahmat Gang IV Kota Malang.
“Lokasinya di Jenderal Basuki Rahmat tapi lebih dikenal dengan sebutan Kayutangan,” kata Pengelola Wisata Heritage Kajoetangan, Astufah saat ditemui awak media, Ahad (31/3). Menurut Astufah, wisata Kajoetangan sebenarnya telah dibentuk sejak 2015 lalu. Akan tetapi peluncuran baru terlaksana pada April tahun lalu.
Pembentukan tempat wisata ini tidak lepas dari peran Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Malang dan beberapa komunitas. Wisata heritage Kajoetangan utamanya menyajikan puluhan bentuk rumah lawas. Dari deretan tempat tinggal di area tersebut, terdaftar rumah yang berdiri sejak masa kolonial Belanda. Bangunan terlama disebut-sebut telah ada di lokasi tersebut sejak 1870-an. “Ada keterangan di setiap rumahnya di depan dan rumah Namsin menjadi ikon Kajoetangan karena berada di depan gang,” katanya.
Astufah berpendapat sebenarnya rumah lawas di Kajoetangan bisa melebihi angka ratusan. Namun sayangnya, banyak rumah yang telah dipugar sehingga tidak masuk ke dalam daftar bangunan lawas. Mereka hanya memasukkan rumah yang tidak diubah sama sekali gaya pembangunannya sejak awal.
Selain nilai sejarahnya, wisata heritage Kajoetangan juga memiliki beberapa spot swafoto. Spot-spot tersebut tersebar di banyak titik lokasi. Konsep swafoto bermacam-macam, seperti dilengkapi barang antik, sepeda ontel, dan sebagainya.
Berkat informasi yang mudah tersebar di media sosial, tempat wisata ini ramai dikunjungi. Tidak hanya dari wisatawan lokal, tapi turis dari Belanda, Korea, dan Swiss pun sempat mampir di tempat tersebut. Tak heran jumlah pengunjungnya mencapai 50 orang di hari biasa. “Jumlah pengunjung bsa mencapai 100 orang saat akhir pekan,” jelas perempuan berusia 55 tahun tersebut.
Untuk bisa menikmati tempat wisata ini, pengunjung hanya perlu mengeluarkan biaya sekitar Rp 5 ribu per orang. Pengunjung dengan biaya tersebut bisa bebas mengambil foto di manapun dan kapanpun. Pengelola juga menyediakan titik parkir kendaraan motor di gang IV.
Dengan adanya tempat wisata ini, Astufah mengaku mendapatkan banyak manfaat. Kehidupan perekonomian warga setempat terbantu terutama para pemilik warung. “Biasanya sepi, jadi ramai buat beli makan dan minum,” tambah dia.
Ke depan, Astufah yang juga warga Kajoetangan ini berharap ada pengembangan lebih baik lagi. Hal ini termasuk memberi pelatihan agar warga memiliki kemampuan bagus dalam menyambut wisatawan. Ia juga berharap bisa memperoleh modal untuk menciptakan buah tangan khas Kajoetangan.
Seorang pengunjung bernama Reni merasa terhibur dengan memasuki wisata heritage Kajoetangan. Secara keseluruhan, konsep yang disajikan tempat wisata ini cukup bagus. Akan tetapi, ia menilai perlu dibenahi lebih baik lagi terutama ihwal arah lokasi.
“Arah-arah ke lokasi dan jalan keluar serta masuknya harus lebih diperjelas lagi. Karena banyak gang-gang di sini, susah tadi. Saya yang masuknya lewat gang IV, harus putar balik dan lupa jalannya pas mau keluar,” tambah perempuan berhijab ini.(*/Fet)