(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({ google_ad_client: "ca-pub-4827125999327211", enable_page_level_ads: true });
xr:d:DAFet1wl_OE:17,j:1876602661,t:23033101
JAKARTA – Traveler yang ingin memulai gerakan wisata berkelanjutan dan ramah lingkungan, bisa memulainya dari langkah kecil saat menginap di hotel. Langkah kecil itu tak hanya membuang sampah pada tempatnya saja, namun juga dari kebiasaan memakai fasilitas hotel.
Hal ini diungkapkan oleh Aryenda Atma, Founder & CEO Pable, sebuah perusahaan yang bergerak dalam pengelolaan limbah tekstil, yang berpusat di Surabaya. Aryenda menyadari bahwa setiap hotel punya kebijakan dan standar terkait hospitality. ya
“Nah, kita sebagai traveler bisa memulai langkah kecil dengan meminta ke hotel untuk tidak mengganti handuk. Walau memang standar hotel setiap harinya handuk diganti ya. Padahal kita tahu untuk mencuci satu handuk itu butuh banyak air kan. Jadi saya selalu kasih notes bahwa handuk saya jangan diganti. Toh saya tidak masalah handuk itu dipakai dua sampai tiga hari,” katanya Aryenda dalam momen Leader Summit Artotel Group, Kamis (5/12/2024).
BDia juga mengajak traveler untuk mulai langkah kecil saja dahulu, jika memang belum sampai di tahap melakukan daur ulang.
“Satu hal yang perlu kita ingat, satu keputusan kecil bisa memberikan impact yang berarti lho buat lingkungan. Nah, yang bisa juga teman-teman lakukan, dan saya juga melakukan ini, yaitu tidak membuka air mineral dalam botol plastik yang disediakan hotel,”
“Memang masih banyak hotel yang menyajikan air mineral kemasan plastik di kamarnya dan tidak menyediakan disepenser. Teman-teman bisa membawa tumbler atau wadah minum dan mengisinya di restoran. Memang sedikit effort ya, tapi langkah kecil itu punya dampak kok,” tambahnya.
Sebagai perusahaan yang bergerak dalam mengelola sampah, Aryenda menyadari bahwa pengelolaan sampah tekstil atau sampah di sektor hospitality masih sangat jarang dilakukan dan juga tantangannya adalah infrastruktur yang belum memadai. Sejauh ini yang sudah banyak dilakukan adalah pengelolaan sampah makanan dan plastik.
“Nah, permasalahannya adalah infrastruktur kita tidak memadai. Mungkin kami di private sektor yang fokusnya untuk mendaur ulang limbah tekstil juga belum sebanyak itu. Kalau kita compare dengan industri di recycle plastik atau recycle paper mungkin jauh lebih banyak ya. Dan di kedua industri itu pun juga sudah mendapatkan kebijakan yang jelas dan sudah mendapatkan insentif yang jelas dari pemerintah,”
“Sedangkan di sektor tekstil ini kami masih menunggu nih arahannya nanti dari pemerintah seperti apa,” ungkapnya.(*/Da)
CIBINONG - Kini aplikasi kepelangganan milik Perumda Air Minum Tirta Kahuripan memiliki fitur yang lebih…
CIBINONG - Perumda Pasar Tohaga Kabupaten Bogor resmi memulai tahap pembangunan Pasar Rakyat Leuwiliang, yang…
CIBINONG - Organisasi besar wartawan akan melaksanakan Pelaksanaan Orientasi Kewartawanan dan Keorganisasian (OKK) PWI yang…
BOGOR - Kepala Pasar Ciluar, Isni Jayanti menyampaikan komitmen Perumda Pasar Tohaga dalam menangani permasalahan…
CIBINONG – Pemerintah Kabupaten Bogor melalui Perusahaan Umum Daerah Air Minum (PERUMDA) Air Minum Tirta…
CIBINONG - Tercatat mulai 1 Mei 2025, PKL Malam Radius Pasar Ciluar menempati pelataran parkir…