(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({ google_ad_client: "ca-pub-4827125999327211", enable_page_level_ads: true });
Bani Israil merupakan sebuah kabilah yang disebutkan kisah dan karakteristiknya dalam Alquran. Sejarah suku tersebut dapat dilacak sejak zaman Nabi Yaqub AS.
Bahkan, Israil sesungguhnya sebuah nama yang mulia. Sebab, itulah julukan bagi sang nabiyullah. Konon, ayahanda Nabi Yusuf AS itu disebut sebagai Israil karena merupakan hamba Allah yang taat. Dalam bahasa Ibrani, hamba ialah israa, sedangkan Tuhan disebut Iil.
Dari Alquran, kita mengetahui kisah Nabi Yusuf yang dicelakakan saudara-saudaranya. Usai melalui pelbagai ujian, putra kesayangan Nabi Yaqub AS itu akhirnya menempati posisi penting di Mesir. Bahkan, ia pun dapat berjumpa lagi dengan ayahanda tercinta dan memaafkan saudara-saudaranya yang telah berlaku zalim kepadanya.
Zaman berganti. Bani Israil tersingkir di Mesir. Mereka bahkan dipekerjakan bak budak oleh penguasa setempat (bergelar firaun). Allah SWT kemudian mengutus Nabi Musa untuk meneguhkan tauhid dan membebaskan Bani Israil dari penindasan Firaun.
Sifat-sifat buruk
Dalam konteks cerita Bani Israil dan Nabi Musa, Alquran banyak menyebutkan sifat-sifat kabilah tersebut. Dikisahkan, umat sang nabi cenderung enggan bersyukur. Padahal, berkali-kali Allah menganugerahkan nikmat dan perlindungan kepada mereka. Bukannya semakin taat, tak sedikit dari mereka yang justru membangkang terhadap perintah Allah dan Rasul-Nya.
Puncaknya (pembangkangan Bani Israil), mereka meminta agar dibuatkan patung sapi untuk disembah.
Puncaknya, mereka meminta agar dibuatkan patung sapi untuk disembah. Rupanya, mereka tak bisa lepas dari kebiasaan paganisme masyarakat Mesir. Ketika Nabi Musa sedang bermunajat di Thur Sina selama 40 hari, kaumnya yang durhaka justru berpesta pora sembari memuja patung anak sapi buatan Samiri.
Musyrik merupakan suatu dosa yang amat besar. Bagaimanapun, perbuatan itu justru tak menjadi pengingat bagi mereka. Tampaklah satu watak lagi yang ditunjukkan Bani Israil yakni lupa diri.
Suatu ketika, Allah SWT menyuruh Nabi Musa AS untuk mengajak kaumnya agar bergerak menuju Baitul Makdis (Palestina). Waktu itu, Palestina sedang diduduki suatu bangsa yang terkenal kuat dan tangguh, tetapi musyrik. Alih-alih patuh, Bani Israil justru menunjukkan watak buruk selanjutnya, yakni membangkang.
Jawaban Bani Israil atas ajakan Nabi Musa AS diabadikan dalam surah al-Maidah ayat 24. Artinya, “Mereka berkata, ‘Wahai Musa! Sampai kapan pun kami tidak akan memasukinya selama mereka masih ada di dalamnya, karena itu, pergilah engkau bersama Tuhanmu, dan berperanglah kamu berdua. Biarlah kami tetap (menanti) di sini saja.’”
Terhadap kekurangajaran kaumnya itu, Nabi Musa lantas bermohon kepada Allah. “Ya Tuhanku, aku hanya menguasai diriku sendiri dan saudaraku. Sebab itu pisahkanlah antara kami dengan orang-orang yang fasik itu” (QS al-Maidah:25).
Allah Ta’ala kemudian menghukum Bani Israil. Mereka dibiarkan tersesat, berputar-putar tanpa arah di Gurun Sinai selama 40 tahun. Tak bisa kembali ke Mesir, tidak pula mampu keluar menuju Yerusalem.
Dalam periode itu pula, generasi lama digantikan yang baru. Dipimpin generasi yang lebih muda, mereka akhirnya bisa keluar dari padang pasir tersebut.
Selain melawan langsung (perintah) nabi, sifat lainnya dari Bani Israil ialah gemar menyulitkan diri sendiri. Contohnya, suatu ketika mereka diperintahkan oleh Allah untuk menyembelih seekor sapi betina. Bukannya langsung melaksanakan perintah, mereka justru bertanya lebih lanjut tentang ciri-ciri sapi tersebut.
Telah disampaikan kepadanya perihal kriteria usia sapi betina yang dimaksud Allah. Namun, mereka bertanya lagi, kali ini tentang warna si sapi. Disampaikanlah bahwa sapi itu berwarna kuning tua dan tidak pernah dipergunakan untuk membajak. Setelah semuanya ditanyakan, mereka akhirnya baru melaksanakan perintah tersebut.
Alhasil, merasa kesulitan mencari jenis sapi yang dimaksud. Sebelumnya, Allah memberikan jalan kemudahan, tetapi mereka sendiri yang mempersulit diri dengan banyak bertanya hal yang tak perlu. Lihat penjelasan lengkapnya dalam Alquran surah al-Baqarah ayat ke-67 hingga 71.
Allah memberikan jalan kemudahan, tetapi mereka sendiri yang mempersulit diri dengan banyak bertanya hal yang tak perlu.
Watak berikutnya adalah merasa superior. Mereka juga mengklaim bahwa perhatian Tuhan hanya untuk Bani Israil. Karena itu, mereka memusuhi kaum atau umat lainnya jika tidak mau menuruti keinginannya.
“Dan orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan rela kepadamu (Muhammad) sebelum engkau mengikuti agama mereka. Katakanlah, ‘Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang sebenarnya).’ Dan jika engkau mengikuti keinginan mereka setelah ilmu (kebenaran) sampai kepadamu, tidak akan ada bagimu pelindung dan penolong dari Allah” (QS al-Baqarah: 120).(Republika/Fa)
CIBINONG - Kini aplikasi kepelangganan milik Perumda Air Minum Tirta Kahuripan memiliki fitur yang lebih…
CIBINONG - Perumda Pasar Tohaga Kabupaten Bogor resmi memulai tahap pembangunan Pasar Rakyat Leuwiliang, yang…
CIBINONG - Organisasi besar wartawan akan melaksanakan Pelaksanaan Orientasi Kewartawanan dan Keorganisasian (OKK) PWI yang…
BOGOR - Kepala Pasar Ciluar, Isni Jayanti menyampaikan komitmen Perumda Pasar Tohaga dalam menangani permasalahan…
CIBINONG – Pemerintah Kabupaten Bogor melalui Perusahaan Umum Daerah Air Minum (PERUMDA) Air Minum Tirta…
CIBINONG - Tercatat mulai 1 Mei 2025, PKL Malam Radius Pasar Ciluar menempati pelataran parkir…