(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({ google_ad_client: "ca-pub-4827125999327211", enable_page_level_ads: true });
Categories: Histori

PERISTIWA SEPUTAR HAJAR ASWAD DI ZAMAN NABI

Pada masa Rasulullah SAW, serangkaian peristiwa penting berkenaan dengan Hajar Aswad juga pernah terjadi. Sekitar 16 Sebelum Hijrah (606 M), ketika suku Quraisy melakukan pemugaran Ka’bah, hampir saja terjadi pertumpahan darah antarempat kabilah dalam suku Quraisy.

Pangkal persoalannya berasal dari perselisihan mengenai siapa yang paling berhak mengangkat dan meletakkan Hajar Aswad setelah pemugaran selesai.

Dalam situasi genting tersebut, salah satu pemimpin kabilah Abu Umayyah bin Mughirah mengusulkan persoalan ini diserahkan kepada orang pertama yang masuk kompleks Masjidil Haram. Usulan itu diterima pemimpin kabilah yang sedang berselisih.

Keesokan harinya, orang yang pertama kali masuk adalah Muhammad bin Abdullah (35 tahun) sebelum diangkat menjadi rasul. Muhammad yang saat itu sudah bergelar al-amin diberi kepercayaan untuk mengatasi masalah itu.

Muhammad bin Abdullah kemudian melangkah menuju tempat penyimpanan Hajar Aswad, membentangkan serbannya, dan meletakkan batu tersebut di tengah kain serban.

Beliau kemudian menyuruh wakil dari masing-masing kabilah memegang ujung serban dan mengangkat Hajar Aswad hingga mendekati Ka’bah.

Setelah itu, Muhammad kembali meletakkannya ke tempat semula di lubang pojok Ka’bah. Melalui cara itu, perselisihan antarkabilah suku Quraisy pun dapat diatasi.

Meski Hajar Aswad memiliki posisi penting dalam prosesi haji atau umrah, batu tersebut hanyalah batu yang tidak memberi manfaat dan mudarat.

Begitu juga dengan Ka’bah. Bangunan itu hanya berbentuk kubus dan terbuat dari batu.

Sahabat Rasulullah, Umar bin Khattab, di hadapan Hajar Aswad mengatakan, Aku tahu bahwa kau hanyalah batu. Kalau bukan karena aku melihat kekasihku, Nabi SAW, menciummu dan menyentuhmu, aku tidak akan menyentuhmu atau menciummu.”

Dengan demikian, harus dipahami bahwa usapan, ciuman, atau lambaian tangan terhadap Hajar Aswad bukanlah berarti menyembah batu. Tidak juga menyembah Ka’bah. Allah yang memerintahkan umat Islam untuk tawaf mengelilingi Ka’bah dan Allah pula yang memerintahkan mencium Hajar Aswad.

Rasulullah juga melakukan itu semua. Tentu saja, apa yang dilakukan beliau berasal dari Allah, sebagaimana yang terdapat dalam firman-Nya, Dan, tiadalah yang diucapkannya itu menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan.” (QS An-Najm: 53 ).(*/Fir)

orbit

Recent Posts

APLIKASI MYKAHURIPAN LEBIH CEPAT DAN MUDAH

CIBINONG - Kini aplikasi kepelangganan milik Perumda Air Minum Tirta Kahuripan memiliki fitur yang lebih…

2 minggu ago

PEMANCANGAN TIANG PANCANG PASAR RAKYAT LEUWILIANG, AWAL KEBANGKITAN EKONOMI PASCA KEBAKARAN

CIBINONG - Perumda Pasar Tohaga Kabupaten Bogor resmi memulai tahap pembangunan Pasar Rakyat Leuwiliang, yang…

3 minggu ago

OKK PWI DI INDRAMAYU, PWI KABUPATEN BOGOR KIRIM PESERTA

CIBINONG - Organisasi besar wartawan akan melaksanakan Pelaksanaan Orientasi Kewartawanan dan Keorganisasian (OKK) PWI yang…

4 minggu ago

PASAR TOHAGA BERSAMA DINAS PERHUBUNGAN SINERGI TERTIBKAN PARKIR LIAR DAN PKL

BOGOR - Kepala Pasar Ciluar, Isni Jayanti menyampaikan komitmen Perumda Pasar Tohaga dalam menangani permasalahan…

1 bulan ago

TIRTA KAHURIPAN RENCANAKAN PENINGKATAN CAKUPAN PELAYANAN MELALUI KERJASAMA INVESTASI DENGAN BADAN USAHA SWASTA

CIBINONG – Pemerintah Kabupaten Bogor melalui Perusahaan Umum Daerah Air Minum (PERUMDA) Air Minum Tirta…

2 bulan ago

17 PKL MALAM RADIUS PASAR CILUAR RESMI DI GESER

CIBINONG - Tercatat mulai 1 Mei 2025, PKL Malam Radius Pasar Ciluar menempati pelataran parkir…

2 bulan ago