(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({ google_ad_client: "ca-pub-4827125999327211", enable_page_level_ads: true });
Categories: Histori

PUDARNYA PERMAINAN – PERMAINAN DI KALA KECIL

JAKARTA – Permainan hal yang menyenangkan di dalam kehidupan manusia, baik dari kecil hingga dewasa. Permainan menjadi hal yang tak bisa lepas dalam kehidupan manusia.

John Huizinga, profesor sejarah dari Universitas Leiden menyebutkan bahwa “permainan lebih tua daripada kebudayaan.” Hal tersebut diungkapkan Huizinga dalam bukunya yang sangat terkenal Homo Ludens, a Study of Play Element in Culture.

Istilah Homo Ludens dari Huizinga tersebut jadi populer hingga saat ini. Istilah tersebut menyebut manusia sebagai “makhluk bermain”. Makhluk yang suka dengan permainan atau menciptakan permainan.

 

Sebagai suatu kebudayaan, permainan adalah perkembangan khas manusiawi yang berasal dari penggunaan intelegensi dan kebebasan yang dimiliki manusia. Permainan, khususnya permainan anak mempunyai manfaat yang sangat penting.

Membangkitkan Kembali Eksistensi Permainan Tradisional Indonesia
Seorang anak bermain permainan tradisional lompat tali di RPTRA Melati Duri Pulo, Jakarta, Sabtu (13/10). Traditional Games Returns (TGR) mengampanyekan permainan tradisional Indonesia untuk membangkitkan eksistensinya.

Seperti diungkapkan tokoh pendidikan dan pahlawan nasional Ki Hajar Dewantara bahwa permainan anak-anak sungguh bermanfaat untuk mendidik perasaan diri, sosial, disiplin, tertib, setia, kesanggupan, waspada, siap menghadapi segala keadaan, tak mudah putus asa, membiasakan berpikir riil, sehingga anak terus sanggup berjuang untuk mencapai tujuannya.

Meski permainan-permainan anak sangat penting, faktanya sejumlah permainan-permaina di masa kecil mulai memudar. Seiring waktu berjalanan beragam permainan, seperti layangan, kelereng, meriam bambu, peletokan, congklak, engklek, ular naga mulai menghilang.

Banyak anak yang sudah meninggalkan permainan tradisional. Mereka mengubah permainan mereka lewat kecanggihan teknologi.

Berdasarkan penelitian Pew Research Center, memang hanya 43 persen orang dewasa yang bermain game dibandingkan dengan remaja yang mencapai angka 90 persen. Ketika kecanggihan teknologi yang semakin pesat, orangtua yang mengajarkan permainan tradisional, pasti digolongkan kuno oleh anak.

Mengajarkan permainan tradisional anak dianggap jalan buntu di era digital, meski begitu tetap penting dilakukan agar anak tak cenderung egois. Di sisi lain, anak-anak pun dapat memperoleh pelajaran berharga dari bermain di dunia virtual, asalkan dapat memilih yang tepat permainannya. (*/Nia)

Redaksi

Recent Posts

APLIKASI MYKAHURIPAN LEBIH CEPAT DAN MUDAH

CIBINONG - Kini aplikasi kepelangganan milik Perumda Air Minum Tirta Kahuripan memiliki fitur yang lebih…

2 minggu ago

PEMANCANGAN TIANG PANCANG PASAR RAKYAT LEUWILIANG, AWAL KEBANGKITAN EKONOMI PASCA KEBAKARAN

CIBINONG - Perumda Pasar Tohaga Kabupaten Bogor resmi memulai tahap pembangunan Pasar Rakyat Leuwiliang, yang…

2 minggu ago

OKK PWI DI INDRAMAYU, PWI KABUPATEN BOGOR KIRIM PESERTA

CIBINONG - Organisasi besar wartawan akan melaksanakan Pelaksanaan Orientasi Kewartawanan dan Keorganisasian (OKK) PWI yang…

3 minggu ago

PASAR TOHAGA BERSAMA DINAS PERHUBUNGAN SINERGI TERTIBKAN PARKIR LIAR DAN PKL

BOGOR - Kepala Pasar Ciluar, Isni Jayanti menyampaikan komitmen Perumda Pasar Tohaga dalam menangani permasalahan…

1 bulan ago

TIRTA KAHURIPAN RENCANAKAN PENINGKATAN CAKUPAN PELAYANAN MELALUI KERJASAMA INVESTASI DENGAN BADAN USAHA SWASTA

CIBINONG – Pemerintah Kabupaten Bogor melalui Perusahaan Umum Daerah Air Minum (PERUMDA) Air Minum Tirta…

2 bulan ago

17 PKL MALAM RADIUS PASAR CILUAR RESMI DI GESER

CIBINONG - Tercatat mulai 1 Mei 2025, PKL Malam Radius Pasar Ciluar menempati pelataran parkir…

2 bulan ago