(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({ google_ad_client: "ca-pub-4827125999327211", enable_page_level_ads: true });
JAKARTA – Penyintas COVID-19 dilaporkan berisiko mengalami gangguan fungsi otak di mana kemampuan otak menua 10 tahun. Ini terungkap dari studi terhadap 84.000 orang yang dipimpin oleh Adam Hampshire, seorang dokter di Imperial College London.
Penelitian itu menemukan, di beberapa kasus COVID-19 yang berat, infeksi virus corona dihubungkan dengan penurunan kemampuan kognitifselama beberapa bulan.
“Analisa kami sejalan dengan pandangan di mana ada dampak kognitif kronik bagi penyintas COVID-19. Meski sudah tidak mengeluhkan gejala tapi beberapa penyintas mengalami penurunan kemampuan kognitif,” tulis peneliti, seperti dikutip dari Reuters.
Pemeriksaan kognitif mengukur seberapa baik performa otak dalam melakukan tugasnya seperti mengingat kata-kata, menghubungkan titik-titik, dan mengerjakan puzzle. Pemeriksaan ini secara luas digunakan sebagai asesmen dalam menangani penyakit seperti alzheimer dan membantu dokter dalam meneliti kerusakan otak sementara.
Tim Hamspshire menganalisa hasil dari 84.285 orang. Namun, Joanna Wardlaw, profesor di Edinburgh University mengatakan, penelitian ini tidak menyelidiki fungsi kognitif partisipan sebelum terkena COVID-19.
“Hasilnya juga tidak merefleksikan pemulihan jangka panjang, sehingga efek kognitif yang timbul mungkin berlangsung jangka pendek,” kata Wardlaw.
Penelitianlain menunjukkan bukti bahwa pasien COVID-19 dengan efek sedang hingga berat mengalami beragam keluhan meliputi syaraf, kognitif, psikologis, hingga gejala psikiatris.“Saya melihat keluhan ini secara langsung,” kata Robert Stevens, MD, FCCM, dokter yang berjaga di ICU Johns Hopkins Medicine dengan pasien keluhan neurologis.
Dilanjutkan Stevens, pasien-pasiennya yang dirawat di ruang ICU mengalami delirium (gangguan mental serius yang menyebabkan penderita mengalami kebingungan parah dan berkurangnya kesadaran terhadap lingkungan sekitar). Permasalahan syaraf pada pasien COVID-19 masih menjadi pertanyaan besar.
“Tapi, bisa kita simpulkan bahwa gangguan syaraf pada pasien COVID-19sering terjadi,” kata Majid Fotuhi, MD, PhD, Direktur Media di NeuroGrow Brain Fitness Center dan Ketua Review Dampak COVID-19 pada sistem syaraf yang diterbitkan Journal of Alzheimer’s Disease.
Ada beberapa gejala yang terjadi seperti sakit kepala, pusing, lemas, kebingungan, dan kelumpuhan. Bahkan dua gejala syaraf yang umum terjadi yaitu stroke dan delirium.
Secara umum, orang yang mengalami gejala COVID-19 yang lebih serius, cenderung mempunyai komplikasi otak. “Semakin parah sakitnya pasien COVID-19 maka semakin banyak keluhan syaraf yang mereka alami,” tandas Fotuhi.(*/Ni)
CIBINONG – Perumda Pasar Tohaga Kabupaten Bogor telah merevitalisasi Pasar Rakyat Citayam secara keseluruhan mulai…
BOGOR – Direktur Utama Perumda Air Minum Tirta Kahuripan, Tedi Kurniawan, menegaskan bahwa Kelder Air…
CIBINONG – Sebagai upaya untuk terus meningkatkan kualitas pelayanan, Perumda Air Minum Tirta Kahuripan kembali…
CIBINONG - Kini aplikasi kepelangganan milik Perumda Air Minum Tirta Kahuripan memiliki fitur yang lebih…
CIBINONG - Perumda Pasar Tohaga Kabupaten Bogor resmi memulai tahap pembangunan Pasar Rakyat Leuwiliang, yang…
CIBINONG - Organisasi besar wartawan akan melaksanakan Pelaksanaan Orientasi Kewartawanan dan Keorganisasian (OKK) PWI yang…