Orbiters

TAU GAK SIH? INILOH SENTRA ACI DI BOGOR

visit indonesia

BOGOR – Sedikitnya ada sekitar 25 penggilingan dan sebelas penampungan aci di Desa Sukalaja, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor. Pabrik-pabrik setempat berumur sekitar 15 tahunan , dan masih kokoh memproduksi tepung tapioka. Umumnya pabrik pengolah tepung ini dimiliki oleh perorangan. Usaha pembuatan aci ini merupakan usaha turun temurun.

&80 x 90 Image

Wilayah ini sendiri memang terkenal sebagai salah satu sentra aci di Kabupaten Bogor. Setiap hari, para perajin dari bebagai pelosok wilayah, seperti dari Desa Pasir Jambu, Cadas Ngampar, Cijujung dan beberapa desa dari Kecamatan Babakan Madang, berdatangan ke wilayah ini.

“Rata-rata minimal, setiap hari kami menerima pasokan sekitar satu hingga dua ton aci dari para perajin. Mereka umunya membawa aci dalam sudah dikemas dalam karung berukuran 30 sampai 20 kiloan,” kata Acep Ilyas, salah satu pemilik penampungan aci “Tepung Tapioka Ibu Tani” di Desa Sukalaja kepada OrbitMetro.com, pekan lalu.

Acep juga menjelaskan aci memang telah menjadi salah satu hasil kerajinan warga Desa Sukalaja. Maka dari itu, tidak aneh jika di wilayah itu banyak berdiri tempat-tempat penggiligan dan penepungan. Sentra pembuatan aci di Desa Sukalaja sendiri berada di Kampung Pasir Kakapa, disana terdapat sedikitnya delapan belas penggilingan aci milik para perajin.

Aci sendiri kini sudah melekat sebgai salah satu cirri khas wilayah Kecamatan Sukaraja pada umumnya. Kerajinan ini sudah ada sejak lama dan menjadi salah satu sektor perekonomian yang paling dominan bagi warga disana.

“Tempat penampungan saya sendiri sudah berdiri sejak tahun 1960-an, itu berarti kerajinan aci sudah ada sejak lama. Dari hasil pemantauan saya, jika aci yang dijemur sehari memiliki kualitas yang jau lebih baik dari yang dijemur dua kali,” terang pria yang mengaku baru terjun langsung sebagai penampung aci sejak lima tahun silam.

Sementra itu, Atin salah satu perajin aci membenarkan usaha pembuatan aci sudah ada sejak dulu dan sudah menjadi tulang punggung perekonomian warga. Dalam sehari, warga disana minimal dapat mengirim 5 kuintal aci dengan harga perkuintalnya mencapai Rp. 500.000,-. “Untuk mendapatkan 3 kuintal aci, warga membutuhkan sedikitnya 1 ton singkong yang dipasok dari berbagai wilayah seperti Jawa bahkan ada juga singkong yang berasal dari daerah Lampung,” ujar Atin.

Dengan harga itu, para perajin aci bisa mendapat keuntungan kotor mencapai 300 ribu. Dan setelah dikurangi dengan upah kuli, para perajin aci bisa menghasilkan keuntungan 100 ribu bersih. “Para kuli aci biasanya dibayar harian. Minimal mereka diberi upah sebesar Rp. 30.000,- perharinya dan minimal setiap perajin memiliki 3 sampai 5 orang kuli,” sebut Atin yang memiliki lahan seluas 500 meter untuk membuat aci.

Atin juga menyebutkan kendala yang kini dihadapi oleh perajin aci adalah ketersediaan singkong sebagai bahan baku utama pembuatan aci. “Lahan singkong yang ada di wilayah kami kini sudah semakin menipis. Karena itu, para perajin harus mencari singkong ke daerah lainnya seperti Hambalang, Cariu, Jonggol, Leuwi Liang dan hingga ke luar daerah seperti Sukabumi atau bahkan hingga ke luar pulau seperti daerah Lampung,” tandasnya.(Satria)

Loading...