(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({ google_ad_client: "ca-pub-4827125999327211", enable_page_level_ads: true });
JAKARTA – Pembangunan observatorium nasional di Gunung Timau, Kupang, Nusa Tenggara Timur, diharapkan dapat rampung pada tahun 2021, seperti yang dikatakan Deputi Bidang Sains Antariksa dan Atmosfer Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan), Halimurrahman.
“Harapannya observatorium nasional ini bisa diresmikan di tahun depan,” kata Halimurrahman dalam gelar wicara virtual ‘Iptek Pengembangan dan Antariksa Bagi Indonesia Maju’ di Jakarta, seperti yang dikutip dari ANTARA pada Senin (10/8).
Gunung Timau dipilih menjadi lokasi pembangunan observatorium karena diperlukan areanya bebas polusi cahaya dan udara.
“Karena di daerah yang polusi cahayanya sangat rendah kita bisa melihat bintang yang berkelip di atas kita,” ujar Halimurrahman.
Dengan keberadaan observatorium nasional di Kupang, diharapkan wilayah itu menjadi tempat wisata langit yang tentunya akan meningkatkan ekonomi di daerah sekitar.
“Harapannya dengan membangun observatorium nasional di Kupang kita mendorong Indonesia bagian timur memiliki sains khususnya keantariksaan yang maju seperti halnya Bandung,” tutur Halimurrahman.
Halimurrahman menuturkan saat ini sedang dalam proses pembangunan gedung teleskop.
Observatorium itu akan dilengkapi dengan teleskop 380 cm yang relatif besar untuk wilayah Asia-Pasifik dan sangat bermanfaat untuk penelitian keantariksaan.
“Pemanfaatan teleskop ke depan selain kepentingan ilmiah juga memantau benda buatan manusia seperti satelit, di sekitarnya apakah ada objek lain yang membahayakan,” tutur Halimurrahman.
Observatorium di Gunung Timau menjadi Taman Nasional Langit Gelap pertama di Indonesia sekaligus observatorium terbesar di Asia Tenggara.
Saat rampung, Observatorium di Gunung Timau juga bakal memajang teleskop terbesar di Asia Tenggara.
Jika kini Observatorium Bosscha di Lembang, Bandung, sudah “dikepung” oleh pemukiman, maka tidak dengan observatorium ini.
Karena berada di tengah hutan lindung, tak boleh ada bangunan lain di sekitar observatorium yang dirasa bisa menimbulkan polusi cahaya dan polusi udara.(*/Ndo)
JAKARTA - Praktisi Kesehatan Masyarakat dr Ngabila Salama mengatakan terdapat sejumlah kiat yang dapat masyarakat…
CIBINONG - Pendidikan begitu penting untuk meningkatka SDM dan mencerdaskan anak bangsa namun tidak sedikit…
CIBINONG - Ketua DPRD Kabupaten Bogor Rudy Susmanto menilai Burhanudin, Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Bogor,…
Siapa yang tak kenal pepaya? Buah berwarna oranye ini digemari banyak orang berkat rasanya yang…
DOHA - Lini belakang Irak tampil rapuh sepanjang Piala Asia U-23 2024. Indonesia harus bisa…
SOLO - Bicara soal Solo bukan hanya terkenal dengan seni dan budayanya yang begitu kental,…