(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({ google_ad_client: "ca-pub-4827125999327211", enable_page_level_ads: true });
Histori

BENARKAH ALEXANDER THE GREAT ADALAH DZULQARNAIN ?

Banyak cerita yang termuat dalam berbagai buku sejarah tentang sosok Aleksander yang Agung (Alexander the Great). Ada yang menyebutnya dengan nama Aleksander dari Makedonia (Alexander of Macedonia). Sebutan lainnya adalah Iskandar al-Maqduni dan Cyrus II serta banyak lagi.

Banyak pihak yang juga meyakini, Aleksander yang Agung adalah Dzulqarnain. Termasuk di antara mereka adalah Michael H Hart, penulis buku The 100: A Ranking of the Most Influential Persons in History (100 Tokoh Berpengaruh di Dunia).

Konon, Aleksander yang Agung itulah yang disebut-sebut sebagai Dzulqarnain dalam Alquran, tepatnya surah al-Kahfi ayat 83-98. Oleh karena itu, ada yang menyebutnya dengan Iskandar Dzulqarnain.

Namun, benarkah demikian?

Aleksander yang Agung adalah putra Raja Philip. Konon, ia lahir pada tahun 356 sebelum Masehi (SM) dan meninggal pada usia 33 tahun. Ia menggantikan ayahnya yang meninggal pada 341 SM, atau tiga tahun setelah menaklukkan Yunani.

Di dalam kamus Bahasa Arab Al-Munjid karangan Lewis, yang berasal dari Libanon, Aleksander yang Agung ditulis dengan nama Iskandar Al-Kabir.

Selama 12 tahun memimpin kerajaan, Aleksander yang Agung berhasil menaklukkan berbagai imperium, termasuk Persia, Yunani, hingga Punjab (India timur.) Ia disebut-sebut memiliki visi menaklukkan dunia.

Karena luasnya daerah taklukannya inilah, ia sering diberi julukan sebagai Dzulqarnain karena menguasai dua kekuasaan terbesar, yakni timur dan barat. Ia diberi mahkota dengan dua tanduk di kepalanya.

Dalam versi Kristen, namanya disebut dalam Kitab Daniel bab 8 ayat 21. Ia adalah Raja Yunani yang disimbolkan sebagai kambing jantan dengan tanduk besar di antara kedua matanya.

Kendati memiliki wilayah yang luas karena kebesaran pasukannya, Aleksander ini tidak sehebat Cyrus II dari Persia. Konon, luasnya wilayah kekuasaan Aleksander karena mengambil wilayah Cyrus II yang telah ditaklukkannya. Cyrus II dan Darius sudah melakukannya dua abad sebelumnya, yakni sekitar abad ke-5 SM.

Lantas, bagaimana dengan Dzulqarnain? Banyak versi yang menyebutkan ketokohan Dzulqarnain.

Ada yang menyebut, ia hidup pada abad ke-6 SM (545 SM). Artinya, jauh sebelum Aleksander yang Agung (Alexander the Great). Ada pula yang menyebutkan periodenya antara tahun 152-115 SM. Dan, namanya adalah Abu Karb al-Himyari atau Abu Bakar bin Ifraiqisy dari Daulah al-Jumairiyah.

Yang pasti, banyak pihak yang membantah Aleksander yang Agung sebagai Dzulqarnain. Perbedaan mendasarnya adalah, karena Alexander seorang raja yang tidak beragama Islam (non-Muslim).

Subhan Nurdin dalam bukunya Benarkah Isa dan Dajjal Akan Turun? mengutip pendapat Imam Syaukani, yakni Aleksander yang Agung bukanlah Dzulqarnain. Sebab, Aleksander yang Agung alias Alexander the Great adalah seorang non-Muslim.

Siapa Dzulqarnain?

Menurut sejumlah sejarawan Muslim, sebagaimana dikutip Subhan Nurdin, Dzulqarnain adalah julukan Abu Karb al-Himyari atau Abu Bakar bin Ifraiqisy dari Daulah al-Jumairiyah (152-115 SM).

Kerajaannya disebut at-Tababi’ah. Dijuluki Dzulqarnain alias ‘pemilik dua tanduk’ karena kekuasaannya yang sangat luas, mulai ujung tanduk matahari di barat sampai timur.

Sementara itu, menurut Ibnu Abbas, Dzulqarnain adalah seorang raja yang saleh. Ia adalah seorang utusan Allah (Nabi), karena Allah berfirman kepadanya.

Ada lagi yang menyebutkan, Dzulqarnayn berasal dari Mesir. Dia merupakan salah seorang anggota keluarga Firaun, zaman Nabi Musa AS. Lihat surah al-Mu’min ayat 28. “Dan seorang laki-laki yang beriman di antara pengikut-pengikut Firaun yang menyembunyikan imannya.” Menurut versi ini, nama laki-laki itu adalah Akhnaton, putra dari Aminhotep (Mineptah) III, raja yang tewas di Laut Merah.

Dalam Alquran, tidak dijelaskan siapa ‘laki-laki yang beriman’ tersebut. Konon, laki-laki yang beriman ini pernah melakukan perjalanan hingga ke daerah Cina. Dari sini, kemudian banyak yang mengaitkannya dengan pembangunan tembok untuk menghalangi Ya’juj dan Ma’juj.

Menurut beberapa arkeolog, bangunan reruntuhan tembok itu berkonstruksi besi dan tembaga yang cara pembuatan dan desainnya menggunakan pola desain Mesir.

Hal lain yang mendukung pendapat bahwa Dzulqarnain berasal dari Mesir adalah pengolahan kertas yang berkembang pesat di Cina setelah masa itu. Sebab, sebelumnya pengembangan kertas hanya ada di Mesir dengan bahan papyrus (sehingga menjadi asal kata paper, kertas).(*/Fa)

orbit

Recent Posts

APLIKASI MYKAHURIPAN LEBIH CEPAT DAN MUDAH

CIBINONG - Kini aplikasi kepelangganan milik Perumda Air Minum Tirta Kahuripan memiliki fitur yang lebih…

2 minggu ago

PEMANCANGAN TIANG PANCANG PASAR RAKYAT LEUWILIANG, AWAL KEBANGKITAN EKONOMI PASCA KEBAKARAN

CIBINONG - Perumda Pasar Tohaga Kabupaten Bogor resmi memulai tahap pembangunan Pasar Rakyat Leuwiliang, yang…

2 minggu ago

OKK PWI DI INDRAMAYU, PWI KABUPATEN BOGOR KIRIM PESERTA

CIBINONG - Organisasi besar wartawan akan melaksanakan Pelaksanaan Orientasi Kewartawanan dan Keorganisasian (OKK) PWI yang…

3 minggu ago

PASAR TOHAGA BERSAMA DINAS PERHUBUNGAN SINERGI TERTIBKAN PARKIR LIAR DAN PKL

BOGOR - Kepala Pasar Ciluar, Isni Jayanti menyampaikan komitmen Perumda Pasar Tohaga dalam menangani permasalahan…

1 bulan ago

TIRTA KAHURIPAN RENCANAKAN PENINGKATAN CAKUPAN PELAYANAN MELALUI KERJASAMA INVESTASI DENGAN BADAN USAHA SWASTA

CIBINONG – Pemerintah Kabupaten Bogor melalui Perusahaan Umum Daerah Air Minum (PERUMDA) Air Minum Tirta…

2 bulan ago

17 PKL MALAM RADIUS PASAR CILUAR RESMI DI GESER

CIBINONG - Tercatat mulai 1 Mei 2025, PKL Malam Radius Pasar Ciluar menempati pelataran parkir…

2 bulan ago