(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({ google_ad_client: "ca-pub-4827125999327211", enable_page_level_ads: true });
Gaya Hidup

PAKAR: PERUBAHAN PERNIKAHAN CINTA ROMANTIS TAK LAGI BERLAKU LAGI

JAKARTA – Pakar hubungan menyebut pernikahan pada masa sekarang memiliki gaya yang sangat berbeda dengan pernikahan model lama. Pasangan yang menikah saat ini banyak menekankan pentingnya ekspresi diri dan pertumbuhan diri dalam hubungan.

Pernikahan yang demikian itu dijuluki pakar sebagai “hubungan murni” yang bersifat komunal, di mana pasangan menegosiasikan tujuan mereka secara kolaboratif. Sangat berbeda dengan gaya pernikahan pada masa silam yang cenderung dikategorikan sebagai hubungan pertukaran.

Model pernikahan yang menyoroti cinta romantis serta menekankan kelanggengan relasional dengan moto “sampai maut memisahkan” dianggap tak lagi berlaku. Begitu juga peran gender yang dikotak-kotakkan antara suami dan istri.

Pada periode waktu sebelumnya, dinamika pernikahan ditentukan oleh penerapan peran suami dan istri yang konvensional. Istri diharapkan selalu suportif, berbudi luhur, peduli, dan bersedia melakukan hubungan seks. Sementara itu, suami adalah penyedia keuangan untuk keluarga.

Pernikahan dinilai akan berfungsi dengan baik jika istri dan suami menjalankan peran itu, di mana istri sebagai “ibu rumah tangga” dan suami menjadi “pencari nafkah”. Psikolog klinis Catherine Aponte mengatakan pernikahan pada era sekarang sudah melampaui semua itu.

Saat ini, pernikahan cenderung mengarah ke hubungan komunal. Seseorang menikah dengan keinginan untuk memiliki hubungan dekat secara emosional dengan sosok yang dianggap bisa membantunya menumbuhkan rasa aman. Masing-masing pihak punya keinginan individu akan otonomi, kompetensi, dan keterhubungan.

“Mengalami rasa keterhubungan ini sangat penting dalam memberikan kenyamanan dan dukungan ketika mengejar tujuan individu yang menantang,” kata Aponte, dikutip dari laman Psychology Today, (25/12/2023).

Para pakar meyakini bahwa pernikahan dengan model “hubungan murni” lebih egaliter dibandingkan hubungan romantis tradisional. Model itu dapat membuat pasangan merasakan kebahagiaan yang lebih besar serta lebih menumbuhkan rasa otonomi.

Dengan perubahan lanskap pernikahan, Aponte berpendapat pernikahan bisa menjadi komitmen seumur hidup demi kemajuan kedua orang dalam hubungan. Dia menyarankan masing-masing pihak memiliki rencana individu dan terus mengembangkan diri.

“Dalam hubungan komunal, pasangan akan bernegosiasi secara kolaboratif satu sama lain untuk mencapai keinginan, hasrat, dan tujuan hidup. Melalui diskusi dan negosiasi, pasangan menentukan cara terbaik untuk saling mendukung dan membantu mencapai tujuan,” ungkapnya.(*/Tya)

orbit

Recent Posts

APLIKASI MYKAHURIPAN LEBIH CEPAT DAN MUDAH

CIBINONG - Kini aplikasi kepelangganan milik Perumda Air Minum Tirta Kahuripan memiliki fitur yang lebih…

2 minggu ago

PEMANCANGAN TIANG PANCANG PASAR RAKYAT LEUWILIANG, AWAL KEBANGKITAN EKONOMI PASCA KEBAKARAN

CIBINONG - Perumda Pasar Tohaga Kabupaten Bogor resmi memulai tahap pembangunan Pasar Rakyat Leuwiliang, yang…

2 minggu ago

OKK PWI DI INDRAMAYU, PWI KABUPATEN BOGOR KIRIM PESERTA

CIBINONG - Organisasi besar wartawan akan melaksanakan Pelaksanaan Orientasi Kewartawanan dan Keorganisasian (OKK) PWI yang…

3 minggu ago

PASAR TOHAGA BERSAMA DINAS PERHUBUNGAN SINERGI TERTIBKAN PARKIR LIAR DAN PKL

BOGOR - Kepala Pasar Ciluar, Isni Jayanti menyampaikan komitmen Perumda Pasar Tohaga dalam menangani permasalahan…

1 bulan ago

TIRTA KAHURIPAN RENCANAKAN PENINGKATAN CAKUPAN PELAYANAN MELALUI KERJASAMA INVESTASI DENGAN BADAN USAHA SWASTA

CIBINONG – Pemerintah Kabupaten Bogor melalui Perusahaan Umum Daerah Air Minum (PERUMDA) Air Minum Tirta…

2 bulan ago

17 PKL MALAM RADIUS PASAR CILUAR RESMI DI GESER

CIBINONG - Tercatat mulai 1 Mei 2025, PKL Malam Radius Pasar Ciluar menempati pelataran parkir…

2 bulan ago