(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({ google_ad_client: "ca-pub-4827125999327211", enable_page_level_ads: true });
Asal Usul

SIKAP UMAR BIN KHATTAB SAAT PUTRANYA MENGAKU ANAK KELAPA NEGARA

Ashim bin Umar bin Khattab seorang ahli fiqih, periwayat hadits, serta tabi’in dari Madinah. Ashim bin Umar adalah putra Umar bin Khattab Radhiyallahu anhu yang menjabat sebagai khalifah kedua yang memiliki gelar Amirul Mukminin yang berarti pemimpin orang beriman.

Sebagaimana diketahui, Umar bin Khattab sangat takut berbuat kesalahaan saat menjadi pemimpin atau khalifah yang mengurus rakyat banyak. Umar bin Khattab sangat takut Allah SWT murka terhadapnya jika berbuat salah dalam memimpin rakyat.

Karena itu, seringkali Umar bin Khattab mendahulukan kepentingan rakyatnya ketimbang kepentingan diri sendiri dan keluarganya. Sikap ini yang membuat Umar bin Khattab dan keluarganya jauh dari praktik korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) yang dilarang agama Islam.

Dalam buku 150 Kisah Umar bin Khattab yang ditulis Ahmad Abdul Al Al-Thahthawi yang disunting, diterjemahkan dan diterbitkan kembali PT Mizan Pustaka, 2016. Dikisahkan ketegasan Umar bin Khattab saat salah satu putranya mengaku sebagai anak seorang pemimpin atau khalifah (kepala negara).

Mu‘aiqib (seorang bendahara Umar bin Khattab) berkata, “Umar bin Khattab mendatangiku pada waktu Dzuhur dan mencari putranya yakni Ashim bin Umar.”

Umar bin Khattab berkata kepada Mu‘aiqib, “Apakah kamu mengetahui apa yang dilakukannya (Ashim bin Umar)?”

Mu‘aiqib menjawab, “Sesungguhnya dia (Ashim bin Umar) pergi ke Irak dan mengaku bahwa dia adalah putra Amirul Mukminin. Lalu dia (Ashim) meminta nafkah kepada mereka, maka mereka pun memberikannya emas, perak, pedang, dan beberapa barang berharga lainnya.”

Ashim bin Umar berkata, “Bukan begitu, tetapi aku mendatangi suatu kaum, lalu mereka memberikan ini semua.”

Mendengar cerita itu, Umar bin Khattab berkata, “Ambillah (semua barang-barang ini), wahai Mu‘aiqib, dan simpanlah di Baitul Mal.”

Untuk diketahui, secara bahasa Baitul Mal terdiri dari dua suku kata, bait yang berarti rumah dan mal yang berarti harta. Secara istilah baitul mal adalah suatu tempat untuk menyimpan harta dengan ketentuan dan tujuan tertentu.

Di zaman Khalifah Umar bin Khattab, Baitul Mal mulai dilembagakan secara formal. Baitul Mal inilah yang nantinya bertanggung jawab untuk menjamin kesejahteraan rakyat.(*/Da)

orbit

Recent Posts

APLIKASI MYKAHURIPAN LEBIH CEPAT DAN MUDAH

CIBINONG - Kini aplikasi kepelangganan milik Perumda Air Minum Tirta Kahuripan memiliki fitur yang lebih…

2 minggu ago

PEMANCANGAN TIANG PANCANG PASAR RAKYAT LEUWILIANG, AWAL KEBANGKITAN EKONOMI PASCA KEBAKARAN

CIBINONG - Perumda Pasar Tohaga Kabupaten Bogor resmi memulai tahap pembangunan Pasar Rakyat Leuwiliang, yang…

2 minggu ago

OKK PWI DI INDRAMAYU, PWI KABUPATEN BOGOR KIRIM PESERTA

CIBINONG - Organisasi besar wartawan akan melaksanakan Pelaksanaan Orientasi Kewartawanan dan Keorganisasian (OKK) PWI yang…

3 minggu ago

PASAR TOHAGA BERSAMA DINAS PERHUBUNGAN SINERGI TERTIBKAN PARKIR LIAR DAN PKL

BOGOR - Kepala Pasar Ciluar, Isni Jayanti menyampaikan komitmen Perumda Pasar Tohaga dalam menangani permasalahan…

1 bulan ago

TIRTA KAHURIPAN RENCANAKAN PENINGKATAN CAKUPAN PELAYANAN MELALUI KERJASAMA INVESTASI DENGAN BADAN USAHA SWASTA

CIBINONG – Pemerintah Kabupaten Bogor melalui Perusahaan Umum Daerah Air Minum (PERUMDA) Air Minum Tirta…

2 bulan ago

17 PKL MALAM RADIUS PASAR CILUAR RESMI DI GESER

CIBINONG - Tercatat mulai 1 Mei 2025, PKL Malam Radius Pasar Ciluar menempati pelataran parkir…

2 bulan ago