ADA NUANSA MISTIS, DIBALIK KESEGARAN CURUG SAWER
PANDEGLANG – Di Provinsi Banten masih tersimpan berbagai potensi alam yang tersembunyi dan bisa dikembangkan menjadi destinasi wisata. Salah satunya di wilayah Kabupaten Pandeglang terdapat Curug Sawer. Curug Sawer ini berada di wilayah Kecamatan Cigeulis, Kabupaten Pandeglang.
Curug tersebut menyimpan eksotisme alam khas pegunungan. Meski keberadaan Kecamatan Cigeulis tidak begitu populer di kalangan wisatawan lokal maupun wisatawan domestik, wilayah Kecamatan Cigeulis merupakan wilayah yang dijadikan jalur lalu lintas wisata Pulau Umang dan Pantai Ciputih.
Kabid Destinasi Pariwisata Dinas Pariwisata Provinsi Banten Paundra Bayu Ajie mengatakan, wisata alam Curug Sawer yang terletak kurang dari 1 km dari pusat Kecamatan Cigeulis merupakan salah satu tempat wisata yang akan dikembangkan, selain beberapa destinasi wisata alam lainnya yang ada di Banten.
“Sudah melakukan peninjauan dan akan dikembangkan. Lokasi ini sudah banyak yang mengunjungi, terutama wisatawan lokal,” kata Bayu.
Yang dibutuhkan untuk mengembangkan wisata ini, yakni adanya infrastruktur jalan. Karena untuk bisa ke lokasi tersebut harus melewati tanah-tanah milik warga. “Tapi, tanah warga yang menjadi kebun itu banyak ditanami kakao,” katanya.
Untuk dapat ke lokasi dengan berjalan kaki kurang lebih 10 menit atau dapat pula dengan mengendarai sepeda motor jika ingin lebih cepat sampai. Air terjun Curug Sawer Banten ini memiliki dua tingkatan air terjun. Yang satu bernama Curug Lalakina (lelaki) yang berada di bagian atas dengan ketinggian mencapai 25 meter.
Yang kedua bernama Curug Bikang (perempuan) dengan ketinggian 7 meter. Selain kedua air terjun tersebut ternyata di bawah Curug Bikang terdapat gowa bawah air yang panjangnya bisa mencapai 8 km dan berujung di daerah muara Babakan Nangka.
Hal inilah yang menambah keindahan dari curug yang terletak di Pandeglang, Banten, ini. Curug Sawer tidak sedikit menaruh mitos tradisional, terutama di bidang Curug Bikang. Konon, di curug ini bersemayam buaya putih yang menjaga keperawanan Curug Bikang dari pengaruh ulah bernoda manusia. Buaya ini senantiasa menampakkan diri, juga sebagai kakek lanjut usia, kalau bulan purnama tiba.
Terkecuali itu, lokasi ini pun tidak jarang dijadikan sebagai ruang bersemedi, terutama di sektor batu datar yang tertutup semak belukar di Curug Lalaki dan ada juga yang bersemedi di atas Curug Bikang. (*/Herl)
(nfl)