BATU PAYUNG UMURNYA 10 JUTA TAHUN AMBRUK DI MANDALIKA
MATARAM – Sayang betul, Batu Payung yang unik di Mandalika, Lombok Tengah ambruk. Padahal menara batu ini umurnya ditaksi 10 juta tahun.
Proses pembentukan jenis bebatuan Batu Payung itu membutuhkan waktu sekitar sepuluh jutaa tahun. Tak heran jika banyak traveler yang merasa kehilangan. Melalui media sosial, mereka mengenang keberadaan Batu Payung.
Pakar geologi dari Dinas ESDM Pemprov NTB, Kusnadi menjelaskan proses pembentukan serta jenis bebatuan unik yang selama ini menjadi destinasi wisata yang sangat ikonik di Lombok bagian selatan itu.
“Batu Payung merupakan batuan pyroklastik yang dalam ilmu geologi namanya tufa atau lapili dengan sisipan batu gamping,” kata Kusnadi, Rabu (3/4/2019).
Kusnadi menjelaskan bahwa batuan jenis pyroklastik ini terbentuk oleh proses vulkanisme sekitar 30 juta tahun yang lalu. Proses pembentukan bebatuan ini karena old marine volcano atau gunung api tua bawah laut. Menurutnya, batuan ini adalah salah satu jenis batuan tertua di pulau Lombok.
“Dalam prosesnya batuan ini sekitar 10 juta tahun yang lalu terangkat ke permukaan oleh proses tektonik dan membentuk pulau Lombok bagian selatan seperti saat ini,” papar Kusnadi.
Penampakannya yang menyerupai payung itu diakibatkan dari adanya pengikisan oleh ombak atau abrasi. Bagian-bagian yang sedikit lebih keras akan bertahan dan yang lebih lembek akan terkikis dan mudah terlepas.
“Dulunya Batu Payung menyatu dengan pulau utama, tapi karena terkikis terus makanya memisah dan membentuk morfologi seperti payung,” ungkap Kusnadi.
“Oleh karena itu, kejadian runtuhnya batu payung bisa merupakan kejadian alami dimana bagian bawah yang terus terkikis oleh ombak sudah tidak mampu lagi menahan keseimbangan material bagian atas sehingga runtuh,” sambungnya.
Proses pembentukan kembali jenis batu pyroklastik ini sudah tidak ada lagi, karena gunung api bawah laut yang berada di sekitar kawasan itu sudah mati jutaan tahun yang lalu.
“Batuannya sih masih banyak di sepanjang bukit Teluk Awang, seperti Merese dan di daerah Batu Payung semua batuan pyroklastik,” jelasnya.
Hal yang membedakan Batu Payung adalah bentuknya yang unik. Semua itu lebih disebabkan dari adanya aktivitas pengikisan oleh ombak yang berlangsung ribuan bahkan jutaan tahun.
Kusnadi mengatakan hampir semua batuan di Lombok adalah batuan pyroklastik. Produk bebatuan Gunung Rinjani juga termasuk batuan yang sama.
Ada suatu hal yang membedakan di bagian selatan Lombok, di sana terkenal dengan batuan gunungapi bawah laut (old marine volcano), di mana gunung apinya meletus di dalam laut.
“Itu merupakan salah satu keunikan di bagian selatan Lombok,” kata Kusnadi. (*/Iw)