EMPAT CARA UBAH RASA CEMAS JADI ENERGI POSITIF
JAKARTA – Pernah kaki gemetar ketika harus berbicara di depan banyak orang? Grogi setengah mati karena akan kencan untuk pertama kali dengan gebetan? Anda tak sendirian. Situasi kerapuhan dan ketidakpastian membawa orang pada rasa cemas.
Hanya memikirkannya saja bisa bikin detak jantung makin kencang. Bahkan, sebagian orang bisa merasa mulas. Namun, aneka rupa bentuk rasa cemas yang muncul bukan tanpa maksud.
“Justru ini yang membuat spesies kita berevolusi hingga menjadi kita yang sekarang. Kecemasan adalah sistem alarm. Jika Anda mundur ke masa saat orang menghadapi bahaya besar dan mengancam nyawa, mereka yang terlalu waspada adalah mereka yang selamat,” kata psikoterapis, Jonathan Alpert mengutip Livestrong.
Meski terbukti tak berbahaya, tubuh masih bereaksi. Namun, ini bukan sesuatu yang tak bisa dikendalikan. Dengan latihan intens, stres atau tekanan karena rasa cemas bisa ditransformasikan ke dalam sesuatu yang positif.
1. Memahami emosi diri
Telapak tangan penuh keringat, perut melilit, detak jantung kencang, napas memburu umumnya jadi tanda bahwa seorang mengalami kecemasan. Sinyal ini juga menjadi sesuatu yang positif saat seseorang tengah bersemangat.
Mulai dengan mengingat hal-hal positif dengan sinyal serupa. Barangkali Anda bisa mengingat saat berpelukan dengan pasangan setelah sekian lama tak bertemu. Meski beda pengalaman, tapi tubuh memberikan reaksi yang sama.
“Emosi adalah energi dalam gerak. Kita melabeli emosi tertentu sebagai sesuatu yang negatif, tetapi energi bukan sesuatu yang baik atau buruk,” ujar seorang life coach, Annie Lin.
Orang kadang tak menyadari bahwa saat cemas, kekuatan yang dimiliki lebih besar. Saat tubuh bereaksi terhadap suatu hal, Anda bisa membuat pilihan mau merasa takut atau gembira.
2. Tak perlu buru-buru untuk kalem
‘Keep calm’, nasihat yang umum diterima dan banyak tersebar di media sosial. Namun, ini bukan nasihat terbaik, sebab sikap tenang malah bisa berujung stres.
Memaksakan diri untuk rileks saat jantung dan adrenalin sedang memompa kencang akan jadi pekerjaan sulit. Di samping itu, saat seseorang mencoba santai, mereka kadang melakukannya dengan menghindar atau melarikan diri dari rasa tak nyaman.
Daripada berusaha untuk ‘cingcay’, coba untuk menghadapi skenario kecemasan seperti degup jantung yang semakin kencang. Anda hanya perlu menerimanya karena tubuh sedang bereaksi menilai perasaan yang melekat pada reaksi fisik. Kemudian, ubah rasa itu menjadi sebuah semangat.
Sebuah studi eksperimen dipublikasikan dalam Journal of Experimental Psychology. Partisipan diminta untuk melakukan sesuatu yang menimbulkan rasa stres seperti berbicara di depan umum. Sebagian yang mentransformasikan rasa cemas sebelum menunaikan tugas menjadi rasa semangat memberikan performa lebih baik daripada yang mencoba tenang.
Anda bisa melakukannya dengan mengatakan pada diri sendiri ‘Saya bersemangat’ atau ‘Bersemangatlah’. Tanggapi secara positif reaksi tubuh yang muncul.
“Rasa takut Anda bisa ditransformasikan ke dalam emosi yang lain jika Anda memperbolehkannya,” kata Lin.
3. Geser pola pikir
Seorang performance coach, Brad Stulberg mengatakan bahwa respons tubuh mengambil mode waspada dan siap akan bahaya saat mengalami stres adalah sesuatu yang bersifat alami.
Cara sukses mentransformasikan rasa cemas ke dalam kekuatan energi positif adalah mengubah cara pikir dari ancaman jadi kesempatan. Daripada melihat mode waspada sebagai reaksi ancaman, pikirkan bahwa ini adalah persiapan tubuh untuk mengatasi tantangan.
“Kecemasan hanyalah sistem pikiran dan tubuh untuk bersiap menuju performa yang hebat. Jika kita bisa menghubungkannya menuju tantangan, kita bisa mengeluarkan seluruh kemampuan kita,” katanya.
Oleh karenanya, penting untuk melatih diri dengan memberikan kata-kata positif daripada kata-kata negatif yang mematahkan semangat.
4. Membayangkan kesuksesan
Tak bisa dimungkiri, saat cemas datang, pikiran mendadak dibanjiri dengan bayangan negatif. Segala skenario buruk muncul. Energi kecemasan yang besar sebaiknya dimanfaatkan untuk memvisualisasikan hasil yang positif.
Studi pada 2012 yang dipublikasikan pada Psychiatric Annals menunjukkan bahwa atlet yang dilatih dengan memvisualisasikan kesuksesan mampu meningkatkan performa mereka saat tampil.
“Jika Anda bisa memvisualisasikan situasi, ciptakan keadaan cemas pada tubuh dan pikiran, lalu latih keadaan itu, akan tidak mengejutkan saat cemas datang dalam kinerja Anda,” kata Stulberg.(*/Di)