Histori

IMAM BUKHARI SUKSES JADI AHLI HADITS KARENA TAAT PADA GURU

visit indonesia

Nasihat guru sangat diutamakan dalam kehidupan generasi salaf terdahulu. Termasuk dalam hal memilihkan bidang ilmu yang harus digeluti oleh seorang murid.

&80 x 90 Image

Imam Al Zarnuji, dalam Ta’lim Al Muta’allim (terjemahan Abdul Kadir Aljufri, diterbitkan Mutiara Ilmu) menyampaikan seorang murid tidak patut memilih bidang ilmu sendiri. Dia harus menyerahkan urusan tersebut kepada sang guru. Sebab guru lebih mengetahui mana ilmu yang sesuai dengan watak dan kecenderungan muridnya.

Imam Al Zarnuji menukil perkataan Syekh Burhan Al Haqqi, sebagai berikut:

كَانَ طَلَبَةُ العِلمِ فِى الزَّمَانِ الأَوَّل يُفَوِّضُونَ أُمُورَهُم فِى التَّعَلُّمِ إِلَى اُستَاذِهِم، وَكَانُوا يَصِلُونَ إِلَى مَقصُودِهِم وَمُرَادِهِم، وَالآن يختَارُون بِأَنفُسِهِم، فَلاَ يَحصُلُ مَقْصُودَهُم مِنَ العِلمِ وَالفِقْهِ.

“Pada zaman dahulu, para murid menyerahkan sepenuhnya urusan belajar mereka kepada guru, agar berhasil meraih cita-citanya. Namun, berbeda dengan masa sekarang, para murid selalu menentukan pilihannya sendiri sehingga mereka pun gagal meraih ilmu yang dicita-citakan.”

Muhammad bin Ismail Al Bukhari (Imam Bukhari), dahulu berguru kepada Muhammad bin Al Hasan. Al Bukhari memulai belajar kepada gurunya itu dari bab sholat. Hingga kemudian, gurunya berkata, “Pergilah dan belajarlah ilmu hadits.”

Sang guru, Muhammad bin Al Hasan, berkata demikian karena mengetahui watak dan kecenderungan muridnya itu. Lalu, Imam Bukhari menimba ilmu hadits sehingga dia pun menjadi pelopor seluruh imam ahli hadits.
Seorang murid juga hendaknya mendengarkan ilmu dan hikmah dari gurunya dengan penuh rasa hormat, sekalipun sudah ribuan kali mendengar masalah yang dibahas itu.

“Dikatakan, ‘Siapa yang tidak menghormati atau memperhatikan satu persoalan, meski dia sudah pernah mendengar seribu kali, maka dia bukan termasuk ahli ilmu’,” demikian penjelasan Imam Al Zarnuji.

Seorang murid juga tidak boleh malas yang artinya harus bersungguh-sungguh dalam belajar. Siapa pun yang bersungguh-sungguh mencari seseuatu, maka dia akan mendapatkannya. Seorang murid akan mendapatkan apa yang didambakannya berdasarkan penderitaan yang dilewatinya dalam menimba ilmu.

Kesungguhan menimba ilmu tidak hanya datang dari murid itu sendiri, tetapi ada dua orang yang lain, yaitu guru dan ayah. “Belajar dan memperdalam ilmu fiqih itu butuh kesungguhan dari tiga orang, yaitu kesungguhan murid, guru dan ayah bila masih hidup,” kata Imam Al Zarnuji.(*/Tian)

Loading...