Sport

JOGING BIKIN FORMASI SEBARIS AGAR TAK KENA CORONA

visit indonesia

JAKARTA – Sebuah informasi viral menyebut joging dengan formasi depan-belakang membuat physical distancing tidak efektif mencegah penularan virus Corona COVID-19. Sebaris atau membentuk formasi diagonal lebih dianjurkan untuk menghindari ‘slipstream’ yang membuat droplet terbang lebih jauh.
Anjuran menjaga jarak aman 1-2 meter untuk mencegah penularan virus Corona melalui percikan dahak atau droplet, menurut sebuah riset hanya berlaku dalam kondisi diam. Misalnya saat ngobrol atau bercakap-cakap.

&80 x 90 Image

Saat bergerak, misalnya saat joging atau berjalan, pengaruh ‘slipstream’ atau pergerakan udara saat seseorang melintas membuat droplet terbang lebih jauh. Bisa mencapai 4-5 meter saat berjalan, bahkan 10 meter saat berlari dan 20 meter saat bersepeda.

Ketika dua orang berlari atau bersepeda dengan formasi depan-belakang, maka orang yang di belakang masih berisiko terkena droplet meski sudah mengikuti anjuran jaga jarak aman 1-2 meter. Virus Corona COVID-19 menular melalui droplet yang terkontaminasi virus.

Untuk menghindari droplet dari orang di depannya, riset yang konon dilakukan para ilmuwan di KU Leuven (Belgium) dan TU Eindhoven (Netherlands) tersebut menganjurkan formasi bersebelahan atau sebaris. Formasi depan-belakang membentuk diagonal juga bisa dilakukan untuk menghindari slipstream.

Simulasi droplet yang menyebar lebih jauh saat joging di luar ruangan.Simulasi droplet yang menyebar lebih jauh saat joging di luar ruangan. Foto: HLN.be
Baca juga: Rajin Olahraga Pasti Kebal Corona? Kurva ‘J’ Bisa Menjawabnya
Secara teori ada benarnya
Informasi ini belakangan viral di media sosial dan memperuncing perdebatan tentang olahraga di luar rumah. Di tengah anjuran untuk ‘stay at home’, apakah hal itu aman dilakukan?

Praktisi kesehatan olahraga, dr Michael Triangto, SpKO, mengatakan teori dan simulasi droplet dalam riset yang viral itu ada benarnya. Tetapi tidak serta merta bisa diartikan bahwa olahraga di luar rumah aman dilakukan hanya dengan saling menjaga jarak.

“Masih ada yang terlupakan, yakni harus tetap pakai masker,” kata dr Michael.

Dengan formasi sebaris atau diagonal, droplet mungkin saja tidak saling menyebar di antara satu kelompok. Namun menurut dr Michael, harus juga dipertimbangkan bahwa di tempat umum juga ada orang lain di luar formasi tersebut, yang tetap bisa terkena droplet.

Droplet yang menyebar juga bisa menempel di berbagai permukaan. Apabila ada orang lain yang menyentuh permukaan tersebut, maka risiko penularan virus tetap bisa terjadi.

Masker, dan bahkan goggle, menurut dr Michael adalah kelengkapan wajib bagi yang ingin tetap berolahraga di luar ruangan. Tentu saja tidak nyaman, tetapi itulah yang harus dilakukan untuk memastikan agar virus tidak menyebar ke mana-mana saat seseorang berolahraga di luar ruangan.

“Tetap ada manfaatnya kok, pakai masker saat olahraga bisa sambil melatih VO2max,” kata dr Michael.

Catatan lain menurut dr Michael adalah segera membersihkan diri setelah selesai olahraga. Langsung mandi dan berganti pakaian sebelum masuk rumah harus dilakukan untuk memastikan tidak ada partikel droplet dan virus yang menempel di badan.

Dalam kondisi apa olahraga di luar benar-benar ‘diharamkan’?
Menurut dr Michael, ada 2 hal yang harus dipertimbangkan saat hendak olahraga di luar rumah agar tidak menularkan penyakit apapun, termasuk virus Corona COVID-19. Pertama, kondisi kesehatan harus benar-benar bugar.

“Kalau nggak sehat, jangan keluar,” tegas dr Michael.

Pertimbangan berikutnya adalah kondisi lingkungan. Jika seseorang berada di zona merah penularan virus Corona, maka olahraga di luar ruangan bukan pilihan yang bijak.(*/Di)

Loading...