KISAH PERLAWANAN RAJA HAJI FISABILILLAH TERHADAP BELANDA
Raja Haji Fisabilillah lahir di Kota Lama, Ulusungai, Riau, 1725 dan meninggal di Kampung Ketapang, Melaka, Malaysia, 18 Juni 1784. Ia adalah adalah salah satu pahlawan nasional Indonesia. Jasadnya dimakamkan di Pulau Penyengat Inderasakti, Kota Tanjungpinang, Provinsi Kepulauan Riau.
Raja Haji Fisabililah merupakan adik dari Sultan Selangor pertama, Sultan Salehuddin dan paman sultan Selangor kedua, Sultan Ibrahim. Namanya diabadikan dalam nama bandar udara di Tanjung Pinang, Bandar Udara Internasional Raja Haji Fisabilillah, salah satu masjid yang ada di Selangor, Malaysia, yaitu kota Cyberjaya dinamakan Masjid Raja Haji Fisabililah
Perjuangan Raja Haji Fisabilillah melawan Pemerintah Hindia Belanda dimulai sejak Belanda berkeinginan untuk bekerjasama dengan Kerajaan Riau-Lingga. Pada 1782, kedua pihak bertemu dan menghasilkan beberapa poin kerjasama. Salah satunya membagi dua hasil rampasan bila kapal asing memasuki daerah kekuasaan Riau–Belanda.
Suatu waktu, kapal Inggris masuk ke dalam kawasan Pulau Penyengat. Kemudian kapal dari Kerajaan Riau memberhentikan kapal tersebut serta mengambil barang-barang dari kapal tersebut.
Sesuai isi perjanjian kerjasama dengan Belanda, hasil rampasan kapal musuh dibagi menjadi dua. Peristiwa ini disampaikan kepada pihak Belanda di Malaka. Kemudian Raja Haji Fisabililah sengaja memberikan semua hasil rampasannya. Dia ingin mengetahui sikap Belanda. Namun, sekian lama menunggu Belanda tidak juga memberikan kabar.
Sikap ini membuat Raja Haji Fisabilillah menghentikan perjanjian kerjasama dengan Belanda yang mulai banyak bohongnya. Dia mengetahui dampak yang terjadi apabila menghentikan kerjasama. Oleh karena itu, ia segera mendirikan banteng pertahanan, kapal perang serta Gudang mesiu–peluru senjata api.
Prediksi Raja Haji Fisabilillah benar. Belanda datang menyerang dan pertempuran terjadi. Merasa tersudut, pihak Belanda meminta untuk menghentikan perang dan menawarkan perundingan. Raja Haji Fisabilillah menerima tawaran tersebut dengan syarat kapal perang Belanda tidak boleh memasuki kawasan Pulau Penyengat. Raja Haji menjemput pihak Belanda di luar perbatasan.
Ketika hendak menjemput Belanda, pihak Belanda menyerang kembali. Pertempuran terjadi di antara jalur laut menuju Pulau Penyengat ke Tanjung Pinang. Tiba-tiba air laut surut. Kapal tak dapat bergerak. Apalagi kedua pihak menghentikan tembak-menembak.
Sewaktu diperiksa kapal Belanda kehabisan mesiu. Penyimpanan mesiu hanya ada di Pulau Penyengat. Tentara Belanda menuju Pulau Penyengat. Ketika sampai, warga dibunuh oleh Tentara Belanda.
Kekacauan itu membuat Raja Haji Fisabillilah segera menuju Pulau Penyengat. Raja Haji Fisabilillah menyamar sebagai pendayung. Tapi, para pendayung ketakutan waktu itu. Tembakan peluru dari Belanda menuju berbagai arah. Mereka tidak berani melihat ke depan. Keseimbangan kapal goyah. Dalam kondisi itu, Raja Haji Fisabilillah berupaya menjaga keberanian para pendayung.
Begitu sampai di Pantai, Raja Haji Fisabillilah menembak kapal Belanda tepat di mesin kapal dan berhasil meledakannya.
Pada 1784, Raja Haji berkeinginan untuk menyerang Belanda di Malaka. Sultan Mahmud Sah keponakan beliau melarang kepergian Raja Haji. Dia mendapat firasat buruk mengenai kepergiannya. Ketakutan Sultan Mahmud Sah benar, Raja haji dan tentaranya kalah berperang oleh Belanda di Malaka. Kisah tersebut yang menjadikan Raja Haji Fisabillillah ditetapkan sebagai pahlawan nasional pada 1997.(*/Ndo)