KLENTENG DE JE YUAN YANG BERSEJARAH
JAKARTA – Klenteng merupakan tempat ibadah kaum Tiong Hoa, Sasah satu yang dikenal oleh masyarakat Jakarta adalah Klenteng De Juan Yuan atau Klenteng Kim Tek Le. Klenteng ini merupakan destinasi wisata yang mempunyai sejarah tersendiri pada saat Jakarta masih dengan nama Batavia.
Klenteng yang sudah berdiri dari abad 18 ini merupakan tempat terbuka yang banyak dikunjungi oleh pejabat-pejabat waktu itu, bahkan Seorang Mayor Tionghoa pernah menyumbangkan dana untuk pemugaran dan renovasi Klenteng tersebut. Klenteng ini begitu di jaga di Jakarta, karena termasuk Klenteng tertua yang pernah ada.
De Je Yuan merupakan Klenteng yang dibangun pertamakali pada tahun 1650 jauh sebelum perang dunia ke II. Bagi traveller yang suka akan sejarah, traveller bisa mengunjungi Klenteng De Je Yuan yang terletak di Glodok.
Klenteng yang berada di Jalan Kemenangan 3 atau berada di wilayah Petak Sembilan ini mempunyai arsitektur pada umumnya Klenteng yang berdiri di Indonesia. Atap kelenteng tetap menggunakan genteng berwarna cokelat laiknya bangunan tua di Jakarta. Di sisi kanan dan kirinya dihiasi oleh sepasang naga yang sedang merebut sebutir mutiara. Keseluruhan kelenteng dicat dengan warna merah dan kuning.
Jin De Yuan juga dikenal salah satu dari empat kelenteng yang besar yang dikelola oleh Kong Koan atau Dewan Tionghoa. Mereka adalah Kelenteng Goenoeng Sari, Kelenteng Toa Peh Kong (di Ancol), Kelenteng Jin De yuan sendiri serta kelenteng Hian Thian Shang Te Bio di Tanah Tandjoeng yang sekarang sudah musnah.
Saat hari hari tertentu, traveller juga bisa menikmati ramainya festival dan perayaan masyarakat Tiong Hoa di halaman Klenteng. Biasanya perayaan seperti hari raya waisak diadakan suatu Opera Tionghoa Peranakan dalam Bahasa Indonesia yang ikut diramaikan dengan permainan musik Keroncong.
Banyak sekali masyarakt Tiong Hoa yang begitumenjejakan kaki di kelenteng, mereka pun bergegas mengambil hio dan menyalakannya dengan api lilin yang telah disediakan. Mereka lantas bersembahyang di depan hiolo untuk memohon doa pada Sang Pencipta. Aktifitas seperti ini banyak di temui saat hari hari besar keagamaan mereka terlebih saat imlek tiba.
Untuk pengelolaan Klenteng ini saat ini di kelola langsung oleh organisasi masyarakat Tionghoa yang sudah dibentuk sejak jaman Belanda.(*/Fet)