KUIL API BAKU, PETILASAN PARA PENYEMBAH API

JAKARTA – Terletak di Semenanjung Aberon, Kuil Api Baku (Ategah) adalah tempat pengorbanan yang didirikan di atas lubang gas alam. Ritual api di berbagai lubang-lubang gas alam itu berasal dari setidaknya abad ke-10. Meskipun lokasi Kuil Api berasal dari abad pertengahan, bangunan kuil baru didirikan pada abad ke-17 dan ke-18.

Strukturnya mirip dengan karavan (penginapan pelancong) berdinding pentagonal, yang mengelilingi halaman kuil. Di tengah halaman itu terdapat sebuah altar, pusat dari kompleks kuil tempat ritual api dihelat.
Altar terletak tepat di lubang gas alam, dengan nyala api besar di tengah dan empat api kecil di sudut atap paviliun. Di sekeliling altar candi ada sejumlah sel kecil yang menampung para petapa dan peziarah.
Perdebatan terus berlanjut tentang apakah kuil ini didirikan untuk umat Zoroaster atau tempat ibadah Hindu, karena strukturnya menggabungkan unsur-unsur arsitektur dari kedua agama tersebut. Namun, dari sisi kesejarahan Azerbaijan, Kuil Api lebih dekat dengan tradisi Zoroaster.
Meskipun selanjutnya makin banyak umat Hindu yang berkunjung ke kuil tersebut untuk memuliakan Dewa Agni.
Pada akhir abad ke-19, tempat itu ditinggalkan, kemungkinan besar sebagai akibat dari berkurangnya populasi India di Azerbaijan. Selain itu, keberadaan api di kuil itu menyusut. Akibat eksploitasi besar-besaran cadangan gas alam di Semenanjung Azerbaijan, yang mengakibatkan habisnya api di kuil pada tahun 1969.
Kuil Api didirikan oleh umat Zoroaster namun digunakan oleh umat Hindu di Azerbaijan. Foto: Rita Willaert/Flickr.com
Nyala api yang terlihat hari ini diumpankan oleh pasokan gas utama Baku. Pada tahun 1975, kompleks ini berubah menjadi museum, dan pada tahun 1998, itu dinominasikan sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO.(*/Di)