MANDALIKA. SURGA TERSEMBUNYI DI PULAU SERIBU MASJID
MANDALIKA – Terletak di bagian Selatan Pulau Lombok, Mandalika ditetapkan melalui Peraturan Pemerintah Nomor 52 Tahun 2014 untuk menjadi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata. Hal ini dikhususkan untuk menunjukkan bahwa keindahan Indonesia itu tidak hanya Bali, tetapi juga Mandalika.
Kawasan ini mudah diakses karena hanya berjarak 30 menit dari Bandar Udara Internasional Zainuddin Abdul Madjid. Kawasan yang terbentang dengan luas 1.034 hektare dari Pantai Kuta, Pantai Seger, hingga Pantai Tanjung Aan dan menghadap Samudera Hindia ini, diharapkan dapat mengakselerasi sektor pariwisata Provinsi Nusa Tenggara Barat yang sangat potensial.
Mandalika termasuk dalam konsep destinasi branding atau sebagai alternatif dan prioritas “Bali Baru”(Bali Beyond) di tahun 2014-2019 yang dicanangkan pemerintah. Daerah lain yang masuk dalam konsep ini adalah Medan, Kepulauan Riau, DKI Jakarta, Bandung, Jogja-Solo-Semarang, Banyuwangi, Bali, Lombok, Makasar, Bunaken, Wakatobi, Rajaampat, Padang, Palembang, Manado dan Labuanbajo.
Tahun 2018 Kementerian Pariwisata memfokuskan pengembangan 3 kawasan dari 10 destinasi prioritas atau “Bali Baru” yaitu Danau Toba, Mandalika dan Borobudur.
Mandalika menawarkan wisata bahari dengan pesona pantai dan bawah laut yang memukau. Mandalika berasal dari nama seorang tokoh legenda, yaitu Putri Mandalika dari Suku Sasak di Pulau Lombok yang dikenal dengan parasnya yang cantik dan baik. Sebuah kisah menceritakan, sang putri bernama Mandalika ini harus bersemadi karena banyak laki-laki yang ingin mempersuntingnya. Akhirnya, Putri Mandalika malah menjatuhkan dirinya ke laut dan hilang ditelan ombak. Hal ini dilakukan untuk menghindari perpecahan dan konflik.
Kini, setiap tahunnya masyarakat Lombok Tengah merayakan upacara Bau Nyale, yaitu ritual mencari cacing laut yang dipercaya sebagai jelmaan dari Putri Mandalika. Uniknya, cacing-cacing ini hanya muncul setahun sekali di Pantai Mandalika pada saat tertentu, kemudian dijadikan hidangan yang lezat. Hari-hari munculnya Nyale dari laut selalu disambut meriah oleh ribuan wisatawan, baik lokal maupun internasional.
Sebagai destinasi wisata bahari dan wisata budaya dengan panorama yang eksotis dan berdekatan dengan Pulau Dewata, Mandalika diperkirakan akan menarik kunjungan dua juta wisatawan mancanegara per tahun pada 2019. Mandalika memiliki konsep pengembangan pariwisata berwawasan lingkungan dengan pembangunan obyek-obyek wisata dan daya tarik wisata, yang selalu berorientasi kepada kelestarian nilai dan kualitas lingkungan hidup yang ada di masyarakat.
Tak jauh dari kawasan Ekonomi Khusus Mandalika, terdapat Desa Adat Sade dan Desa Adat Ende yang merupakan masyarakat Suku Sasak, yaitu penghuni asli Pulau Lombok. Selain itu, Kawasan Ekonomi Khusus Mandalika juga dekat dengan Bukit Merese, yakni sebuah bukit dengan hamparan padang rumput yang hijau nan luas, dan Batu Payung yang sangat indah untuk menikmati matahari terbenam.
Di Kawasan Ekonomi Khusus Mandalika juga tersedia pelataran yang luas, di mana anak-anak dapat bermain, ditambah bangku-bangku untuk duduk sambil memandang degradasi laut biru, hamparan pasir putih serta lampu penerangan di malam hari. Tak jauh dari lokasi dibangun sebuah masjid besar, beachwalk, area parkir yang luas, serta warung penjaja makanan dan minuman turut mendukung pariwisata di Pantai Mandalika.
Pengelolaan kawasan Mandalika dipercayakan kepada PT Pengembangan Pariwisata Indonesia (Persero) atau Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC). Saat ini ITDC sedang membangun sirkuit bertaraf internasional di Mandalika. Kawasan Ekonomi Khusus Mandalika akan memiliki ribuan hotel, resort, serta convention center. Pembangunan masih terus dilakukan di Kawasan Ekonomi Khusus Mandalika. Mandalika adalah Kawasan Ekonomi Khusus yang paling menarik bagi para investor saat ini dan diharapkan menjadi destinasi wisata kelas dunia. (*/Na)