MENDENGKUR BUKANLAH PERTANDA TIDUR NYENYAK
JAKARTA – Mendengkur ternyata bukanlah pertanda baik. Dengkuran justru memperlihatkan kualitas tidur yang buruk.
Kurangnya kualitas tidur akan menurunkan produktivitas karena kinerja otak kita dioptimalkan pada saat tidur. Mereka yang tidurnya tidak berkualitas dalam waktu panjang harus berkonsultasi dengan dokter untuk mengidentifikasi dan menentukan faktor risiko kesehatan yang mungkin dimiliki, seperti obstructive sleep apnea (OSA).
Apnea Tidur dan Mendengkur Berkaitan dengan Alzheimer Kualitas Tidur Ibu-Ayah Menurun Selama 6 Tahun Pertama Sudah Cukup Tidur, Mengapa Masih Ngantuk di Siang Hari?
Menurut dr Andreas Prasadja RPSGT, gangguan tidur yang satu ini merupakan kondisi yang jarang didiskusikan dan sering tidak terdiagnosis. OSA ditandai dengan gangguan pernapasan atau henti napas beberapa kali sepanjang tidur sehingga mencegah oksigen mencapai paru-paru.
Andreas yang juga praktisi kesehatan tidur menjelaskan, dengkuran yang permanen dan keras termasuk gejala OSA. Di samping itu, OSA juga ditandai dengan rasa tersedak atau napas tersengal saat tidur, kelelahan berlebihan, dan konsentrasi yang buruk di siang hari.
Jika tidak diobati, sleep apnea berdampak serius bagi kesehatan dalam jangka pendek dan jangka panjang, seperti penyakit jantung, diabetes tipe 2, strok, dan tekanan darah tinggi.
“Ketika hal ini terjadi, otak dan seluruh tubuh tidak mendapatkan oksigen yang cukup sehingga mengganggu metabolisme dan fungsi regeneratif pada tubuh,” ujar dokter di Snoring and Sleep Disorder Clinic, RS Mitra Keluarga Kemayoran, Jakarta, ini.
Menurut sebuah penelitian, prevalensi OSA di Indonesia diperkirakan sekitar 17 persen. Andreas mengingatkan, sangat penting untuk menyadari terus mendengkur bukanlah tanda tidurnya nyenyak.
“Itu artinya Anda harus pergi ke dokter,” paparnya.(*/Di)