MENDOAN BANYUMAS DAN ASAL USUL PENAMAANNYA
Mudik Lebaran menjadi sarana untuk bersilaturahmi dengan sanak saudara di kampung halaman. Saling melepas rindu sambil bermaaf-maafan setelah sekian lama tidak bertemu. Napak tilas semua hal yang terjadi di zaman dulu untuk kembali dihadirkan dalam bentuk kenangan.
Rasa ingin mengulang kembali apa yang dirasakan di masa lalu di kampung salah satunya ditunjukkan dengan berburu kuliner khas. Meski terkadang makanan itu juga banyak dijual di tempat lain, tapi belum tentu rasanya seenak di tanah kelahiran. Ini sebabnya, panganan khas selalu diburu oleh mereka yang mudik.
Bagi yang pulang ke wilayah Banyumasan (Banyumas, Cilacap, Purbalingga, dan kebumen), mendoan adalah salah satu panganan yang paling banyak dicari. Biasanya disantap hangat-hangat bersama kupat plastik (ketupat berbungkus plastik). Enak juga dilahap bareng sambel kecap atau sambil menggigit cabe rawit.
Mendoan Banyumas punya kekhasan tersendiri dari bentuk dan rasa. Ukurannya sangat besar, lebih dari lebar telapak tangan. Bahkan ada yang bisa untuk menutupi muka saking lebarnya. Dari segi rasa juga lain dengan yang dijual di Jakarta atau daerah lain. Mendoan Banyumas lebih gurih dan rasa rempah ketumbar lebih lekat.
Lalu kenapa panganan ini disebut mendoan? Dalam bahasa Jawa Banyumas-an, kata “mendo” berarti matang tetapi tidak sampai terlalu matang atau setengah matang. Dari tingkat kematangan inilah yang membedakan antara mendoan dengan jenis gorengan lainnya.
Tempe yang digunakan untuk membuat mendoan Banyumas agak berbeda. Tempe kedelai dibungkus
daun jati atau daun pisang tipis dan lebar. Dalam satu bungkus tempe mendoan biasanya berisi dua buah tempe yang bentuknya tipis dan ukurannya sudah pas untuk satu mendoan.
Ada juga yang menggunakan tempe biasa (tempe yang dibuat dengan bungkusan plastik/daun pisang dengan bentuk persegi panjang) yang diiris tipis dan lebar. Dalam mengiris tempe jenis ini jangan sampai ketebalan, agar tempe matang pada saat digoreng, karena dalam menggoreng tempe mendoan hanya diperlukan waktu sekitar tiga sampai lima menit.
Dari dua jenis tempe tersebut, jenis pertama paling banyak diminati dan memiliki rasa yang spesial sebagai tempe mendoan, makanan khas Banyumas.
Dalam memilih jenis tempe untuk membuat mendoan harus benar-benar diperhatikan kualitasnya. Pilihlah tempe yang masih segar dan tidak berbau, karena aroma bau dari tempe yang tidak enak akan benar-benar tercium saat memakan tempe mendoan. Hal ini akan berakibat mengurangi cita rasa tempe mendoan yang terkenal enak dan gurih.
Bagi masyarakat yang ingin menikmati mendoan, dapat mendapatkannya dengan mudah di pusat-pusat kuliner di Kota Banyumas, seperti di daerah Sawangan dekat dengan alun-alun Kota Purwokerto, atau di pusat kuliner Kebondalem dan sekitarnya yang buka dari sore sampai malam hari.Warung-warung kecil di pinggir jalan juga banyak yang menjual panganan khas Banyumas ini. Jadi bagi yang melintas di wilayah Banyumasa, coba mampir sejenak untuk merasakan sensasi mendoan yang enaknya sampai puncak.(*/Di)