MISTERI DANAU DI PERUT GOA KUPAK, WARGA TEMUKAN PENINGGALAN KERAJAAN TARUMANAGARA

BOGOR – Kampung Cibentang, Desa Wirajaya, Kecamatan Jasinga, merupakan sebuah permukiman yang berada tepat di perbatasan Provinsi Jawa Barat dan Banten. Sekilas memang tidak ada yang berbeda dengan desa tersebut. Namun siapa sangka, desa yang berada tepat di ujung Bumi Tegar Beriman itu belakangan dihebohkan dengan penemuan danau eksotis di bawah batu besar.

Desing suara gergaji mesin terdengar sayup di tengah hutan. Untuk mencapai lokasi goa misterius yang memiliki danau di dalamnya, jalan tanah merah bercampur batu kerikil membentang selebar dua meter. Turunan dan tanjakan curam dapat dijumpai selama perjalanan menuju lokasi. Kelokan curam ditambah licinnya konstruksi jalan membuat perjalanan menuju lokasi cukup sulit.
Lokasi goa yang berada di tengah perbukitan curam mengharuskan setiap orang yang akan menuju Goa Kupak harus membelah Bukit Jati sepanjang 2,5 kilometer dari jalan kampung. Ilalang setinggi satu hingga dua meter pun mewarnai hampir di sepanjang sisi kiri dan kanan jalur. Nuansa hening jelas terasa kala penelusuran mencapai setengah jalan.
Kicauan burung dari balik pepohonan menjadi warna tersendiri dalam melengkapi penelusuran kami siang itu. Selama 50 menit menelusuri medan berat tanah merah dan cadas, kami pun tiba di lokasi goa. Namun siapa sangka, untuk menapakkan kaki di goa misterius itu, perjalanan kembali harus ditempuh dengan berjalan kaki.
Kendaraan kami parkirkan di sebuah ladang dan gubuk kayu milik penjaga kebun. Perjalanan kembali dilanjutkan. Dari lokasi penyimpanan motor, kami harus berjalan sekitar 25 menit untuk mencapai bibir goa.
Sesampainya di lokasi, terlihat batu besar menjulang tinggi. Tidak seperti goa pada umumnya, hamparan bukit batuan kokoh membentang sekitar sepanjang 100 meter, dengan tinggi berkisar 80 meter dari atas permukaan tanah merah. Tepat di bawahnya terdapat pintu masuk menurun ke dalam goa dengan lebar sekitar 2,5 meter.
Warga yang berada di sekitar goa menyambut baik. Warga yang terdiri dari anak muda hingga dewasa itu rupanya sedang bergotong-royong membuka jalur goa agar mudah disambangi dan dimasuki warga. Memang sejak awal ditemukan warga pada Minggu (7/7) lalu, kondisi jalur dan pintu masuk goa sukar untuk dilalui dan dimasuki. Lantaran hal tersebut, belasan warga yang terdiri dari tiga kampung itu beramai-ramai membersihkan seputaran lokasi goa.
Goa Kupak. Begitulah warga Kampung Cibentang, Haurbentes dan warga Kampung Keusal menyebutnya. Memang goa yang berada di kawasan lereng curam tersebut belum banyak diketahui masyarakat umum. Hanya warga dari tiga kampung tersebut yang mengetahui lokasi persisnya. Bahkan, warga ketiga kampung itu juga yang saat ini tengah mengurus goa yang konon merupakan saksi dan peninggalan bersejarah warga Desa Wirajaya, Kacamatan Jasinga, Kabupaten Bogor.
Lantaran penasaran dengan isi goa misterius tersebut, Tim Metropolitan pun mencoba masuk dan menelusuri apa saja yang berada dalam perut Goa Kupak. Konstruksi akses masuk goa yang menurun curam, dengan lebar sekitar 2 meter, mengharuskan tim berhati-hati saat mencoba masuk dan menuruninya. Terlebih tanah merah lembap pada bibir goa menjadikan pintu masuk goa tersebut sedikit licin dan berbahaya jika tak waspada.
Setibanya di dalam goa, nuansa sejuk, dingin, lembap dan sedikit pengap begitu terasa. Jika dilihat secara kasat mata, perut goa itu memiliki ruangan yang cukup besar, dengan lebar sekitar 30 meter dan tinggi yang bervariatif, mulai dari 10 hingga 20 meter.
Hal itu lantaran konstruksi dalam goa yang menurun serta langit-langit goa yang terdapat sejumlah cekungan, yang mengakibatkan langit goa memiliki ketinggian berbeda-beda. Tak hanya itu, terlihat juga pemandangan kubangan air besar nan jernih layaknya danau bawah tanah. Jika diprediksi, danau itu memiliki luas hampir 1/4 dari luas Goa Kupak.
Menariknya, ukuran lebar goa diprediksi dapat bertambah. Mengingat hampir di seluruh bagian sisi kiri dan kanan goa memiliki sejumlah jarak yang sangat memungkinkan untuk diperluas dengan penggalian. Hal unik lainnya pada Goa Kupak adalah konstruksi dinding langit goa yang terbilang kokoh lantaran langit-langit goa terdiri dari gugusan bukit batu yang berada tepat di atasnya.
Pada goa tersebut juga sama sekali tidak terdapat gugusan stalaktit dan stalagmit, seperti goa pada umumnya. Namun sayang, lantaran gelapnya goa dan minimnya pencahayaan, mengakibatkan keterbatasan jarak pandang sehingga ekplorasi dalam goa menjadi terbatas dan tidak maksimal.
Misbah bercerita, penemuan Goa Kupak terjadi secara tak sengaja. Pada Minggu (7/7) siang, ia bersama rekannya tengah asyik berburu landak di seputaran Goa Kupak. Namun siapa sangka, saat melintas, pria yang merupakan warga asli Kampung Cibentang, RT 02/03, itu melihat sebuah lubang yang tak lain awal mula ditemukannya Goa Kupak. Saat ditemukan pertama kali, lubang goa itu tertutup semak dan akar. Ia pun tak menyangka jika yang ditemukannya adalah sebuah goa.
”Lagi iseng cari landak, tidak sengaja,” katanya.
Kondisi goa saat ini tentu jauh berbeda dengan sebelum ia temukan pertama kalinya. Awal ditemukan, mulut goa hanya memiliki lebar sekitar setengah meter. Bahkan hampir seluruh goa bagian luar tertutup semak belukar. Ia mengira lubang tersebut hanyalah lubang biasa. Namun saat ia beserta rekannya masuk, ia terkejut dengan kondisi dalam goa yang terbilang cukup luas dan terdapat danau bawah air nan jernih.
Kaget dengan apa yang ditemukannya, pria yang sehari-hari bekerja serabutan itu langsung memberitahukan temuannya kepada rekan-rekannya. Dari situlah penamuan Goa Kupak tersebar, khususnya di kalangan Desa Wirajaya. Sedari itu, warga Kampung Cibentang, Haurbentes dan warga Kampung Keusal rutin bergotong-royong membersihkan goa.
Mulut goa yang semula hanya berdiameter setengah meter itu kini disulap menjadi 2,5 meter. ”Dari situ kita rajin gotong-royong di goa ini,” akunya.
Berdasarkan penjelasan dari sesepuh Kampung Cibentang, Desa Wirajaya, Kacamatan Jasinga, Kabupaten Bogor, goa tersebut erat kaitannya dengan sejumlah mitos dan misteri. Konon goa tersebut merupakan salah satu peninggalan Kerajaan Tarumanagara, sekaligus bukti sejarah bagi warga Desa Wirajaya. ”Goa ini erat kaitannya dengan kerajaan Pasundan dahulu,” tutur Lamri.
Tak hanya kaitan dengan kerajaan di Tanah Pasundan kala itu, Goa Kupak juga diyakini memiliki akses untuk menuju dimensi lain. Menurutnya, aliran air yang berada dalam goa diyakini akan bermuara pada dimensi lain. Menurutnya, para leluhur akan merasa senang jika goa tersebut bisa diberdayakan untuk sesuatu yang positif. Khususnya bagi kepentingan masyarakat umum.
”Aliran danau atau sungai bisa mengantarkan kita ke dunia lain,” beber sesepuh Kampung Cibentang itu. Hal tersebut dibenarkan dosen Seni Budaya di Universitas Pakuan, Atang Supriatna. Menurutnya, Kerajaan Tarumanagara sangat akrab dengan wilayah Bogor.
Sehingga tidak aneh Goa Kupak yang baru ditemukan itu berada di kawasan Jasinga. Menurutnya, ada juga Prasasti Ciaruteun yang berada di wilayah Ciampea, yang disebut sebagai peninggalan Kerajaan Tarumanagara.
Bahkan dipercaya kebudayaan yang ada di Kota Bogor bisa jadi paling tua di Asia, dalam bentuk artefak benda hingga non-benda. Seperti budaya estetik hingga folklore.
“Kita tahu Tarumanagara adalah kerajaan tertua dan paling besar di Indonesia setelah Kutai yang ada di Kalimantan. Kerajaan Mulawarman di Kutai Kalimantan kerajaan tertua nomor satu, setelah itu Kerajaan Tarumanagara di Bogor,” ungkapnya.
Biasanya, goa pada zaman dahulu sering digunakan untuk warga kerajaan membuat alat perkakas, tempat bertapa hingga peristirahatan sehabis mengambil air ke sungai. Sehingga tidak aneh jika di dalam goa penuh misteri. “Bogor itu panggung negara kebudayaan, dari lahir sampai kematian, itu ada. Di Cibatok ada itu gamelan tertua dari batu. Itu kalau melihat negara kita, sejarahnya negara agraris, banyak perkakas,” jelas Atang.
Selain itu, Atang berharap penemuan tersebut perlu dikaji dan diteliti secara komprehensif ahli bidang kepurbakalaan yang menentukan ikhwal keberadaan dan sejarah goa tesebut. Sehingga jika ada sesepuh mengatakan bahwa itu peninggalan Tarumanagara, bisa dianggap sebagai ‘pemanasan’.
“Di zaman modern sekarang tentu masih bisa saja terjadi peristiwa budaya masa lalu atau artefak-artefak masa lalu baru tergali atau ditemukan hari ini. Biasanya kan kalau ada penemuan dilihat dari jenis batu, struktur tanah dan lainnya,” katanya.
Penemuan itu juga perlu mendapat perhatian khusus dari pemerintah, baik Kabupaten Bogor ataupun pemerintah desa. Hal itu agar peninggalan budaya ini tidak mati digerus pembangunan modern untuk menindaklanjuti ‘pemanasan’ yang dilakukan sesepuh warga lokal.
Apa yang diceritakan sesepuh Kampung Cibentang dan ahli sejarah di Bogor juga diamini Deli Hanafi, warga Kampung Haurbentes, RT 03/03. Kendati beda kampung, Deli meyakini apa yang dikatakan sesepuh kampung tetangganya memang benar adanya.
Deli ingin goa tersebut diperhatikan jajaran Pemerintahan Bumi Tegar Beriman. Deli juga berharap goa tersebut tidak terbengkalai dan lekang oleh zaman. Sebab, goa tersebut merupakan warisan budaya dan sejarah.
”Ini warisan budaya dan sejarah kita lho, tentu kita harus rawat dan jaga ini semua. Saya juga berharap uluran tangan dari pemerintah untuk ikut serta dalam menjaga dan melestarikan peninggalan sejarah dan budaya kita,” tutupnya.
Menindak lanjuti ditemukannya sejumlah goa ini oleh masyarakat, Dinas Kebudayaan dan Parawisata (Disbudpar) Kabupaten Bogor pun akan meneliti dan mengelolanya menjadi objek wisata minat khusus.
”Penulusuran goa masuk kedalam wisata minat khusus dan ini pasti akan kami kelola, dikembangkan dengan melibatkan pemilik lahan. Wisata penulusuran goa juga akan dilengkapi pemandu dan peralatan yang memadai hingga keselamatan wisatawan terjamin,” tukas Sekretaris Disbudpar Bangbang Padmanegara.(*/Dhan)