(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({ google_ad_client: "ca-pub-4827125999327211", enable_page_level_ads: true });
Dari sekian banyak mumi raja-raja Mesir yang ditemukan oleh para arkeolog, hanya mumi Ramses II yang ditemukan dalam posisi mulut terbuka menganga, seperti orang yang sedang menahan kesakitan luar biasa ketika detik-detik kematiannya. Lantas apa asbab musabab menganganya mulut Ramses II?
Berdasarkan riwayat dari Ibnu Katsir menerangkan bahwasanya manakala Fir’aun mengejar Nabi Musa ‘alaihissalam dan orang-orang Bani Israel bersama pasukan berkereta kuda hingga ke tepi laut Merah, Fir’aun menyaksikan satu keajaiban luar biasa.
Laut merah membelah dirinya, hingga tampak mengering sampai ke dasar lautan. Nabi Musa dan orang-orang Bani Israel pun menyeberangi lautan dengan selamat. Fir’aun sempat teperangah, dan menyaksikan kengerian itu.
Hampir saja Fir’aun menghentikan langkah kereta kudanya dan berbalik arah meninggalkan tepian lautan merah. Namun, pada saat yang sama, malaikat Jibril turun bersama kudanya menggiring agar kuda Fir’aun bergerak maju ke depan.
Di luar kendali Fir’aun, kereta kudanya berlari ke tengah lautan diikuti bala tentara Fir’aun yang mengira bahwa Fir’aun memimpin komando mengejar hingga ikut menyeberangi lautan. Nabi Musa dan pengikutnya yang telah sampai di bibir tepian lautan di seberangnya, diperintahkan oleh Allah untuk memukulkan kembali tongkatnya ke lautan. Kun! Jadilah, air laut kembali menyatu seperti sediakala.
Fir’aun dan bala tentaranya yang terjebak di tengah dasar lautan berusaha berbalik arah, namun sudah terlambat. Mereka terkubur diantara bukit air yang tumpah ruah menyapu mengenangi lautan.
Ramses II yang menyadari bahwa keselamatannya terancam, maut tak dapat dihindarkan, kesadarannya bahwa apa yang terjadi merupakan kebenaran dari kuasa Rabb-nya Musa, maka dia pun menyatakan keberimanannya sebagaimana yang diabadikan di dalam Al-Qur’an.
Namun, belum sempat ia mengucapkan, buru-buru Malaikat Jibril mengambilkan pasir, lalu menyumpalkan pasir tersebut ke mulut Fir’aun hingga kalimat syahadat penyaksian keberimanan tersebut sudah tak dapat lagi diucapkan oleh Fir’aun.
Sebab, akibat dari kemarahan Malaikat Jibril terhadap perlakuan kelaliman Fir’aun yang sudah kelewat batas membuat Jibril khawatir sekiranya Allah mengampuni dosa Fir’aun dengan sebab ucapan syahadatnya.
Padahal meskipun demikian, sekiranya Malaikat Jibril tidak menyumpalnya dengan pasir sekalipun, niscaya Allah pun tidak akan mengampuni taubat yang diucapkan di akhir sakaratul maut karena sudah berada di tengah tenggorokan.
Hanya saja Malaikat Jibril khawatir saja, Allah dengan sifat Pengampun-Nya masih berkenan mengampuni, sebab saking banyaknya segala kedustaan dan kebohongan yang keluar dari mulut Fir’aun hingga sampai mengaku sebagai Tuhan Yang Maha Kuasa.
Pesan singkat dari kisah ini adalah, hendaknya para pemimpin jangan berbohong dan mengumbar janji-janji manis. Pemimpin hendaknya tidak membuat peraturan untuk mereka ingkari lebih dahulu, tidak mengeluarkan kebijakan yang menyensengarakan dan membingungkan rakyatnya. Semoga kita semua dilindungi Allah Ta’ala.(*/Ridz)
CIBINONG - Kini aplikasi kepelangganan milik Perumda Air Minum Tirta Kahuripan memiliki fitur yang lebih…
CIBINONG - Perumda Pasar Tohaga Kabupaten Bogor resmi memulai tahap pembangunan Pasar Rakyat Leuwiliang, yang…
CIBINONG - Organisasi besar wartawan akan melaksanakan Pelaksanaan Orientasi Kewartawanan dan Keorganisasian (OKK) PWI yang…
BOGOR - Kepala Pasar Ciluar, Isni Jayanti menyampaikan komitmen Perumda Pasar Tohaga dalam menangani permasalahan…
CIBINONG – Pemerintah Kabupaten Bogor melalui Perusahaan Umum Daerah Air Minum (PERUMDA) Air Minum Tirta…
CIBINONG - Tercatat mulai 1 Mei 2025, PKL Malam Radius Pasar Ciluar menempati pelataran parkir…