SA’AD BIN ABI WAQQASH, PERJUANG ISLAM YANG PANAHNYA YANG TAK PERNAH MELESET
Sa’ad bin Abi Waqqash RA adalah salah satu sahabat nabi yang gigih membela Islam. Setiap bidikan panahnya selalu tepat sasaran dan ini tak lepas dari doa Rasulullah SAW yang untuknya.
Sa’ad bin Abi Waqqash RA adalah satu dari delapan orang yang paling awal masuk Islam dan termasuk sepuluh sahabat yang dijamin masuk surga. Berikut kisah tentang Sa’ad bin Abi Waqqash RA.
Dirangkum dari Nafahat ‘Athirah fi Sirah Shahabath Rasulillah SAW karya Muhammad Raji Hasan Kinas yang diterjemahkan Nurhasan Humaedi dkk, Sa’ad bin Abi Waqqash RA adalah sahabat dari suku Quraisy keturunan bani Zuhri. Ia merupakan satu dari enam sahabat yang sering diminta pendapatnya oleh Rasulullah SAW.
Sa’ad bin Abi Waqqash RA juga termasuk dalam salah satu dari delapan orang yang paling awal masuk Islam. Ia juga termasuk dari sepuluh sahabat yang dijamin masuk surga.
Perjalanan Sa’ad bin Abi Waqqash RA setelah memeluk Islam tidak lepas dari cobaan. Cobaan terberatnya yaitu ketika ibunya bersumpah tidak akan makan, minum, atau berbicara dengannya sampai Sa’ad bin Abi Waqqash RA kembali ke agama leluhurnya.
Meski ibunya jatuh sakit, Sa’ad bin Abi Waqqash RA tidak pernah ingin meninggalkan Islam. Menyaksikan keteguhan putranya, akhirnya ibunya mau makan dan minum. Kemudian Allah SWT menurunkan surah Al Ankabut ayat 8,
وَوَصَّيْنَا الْاِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حُسْنًا ۗوَاِنْ جَاهَدٰكَ لِتُشْرِكَ بِيْ مَا لَيْسَ لَكَ بِهٖ عِلْمٌ فَلَا تُطِعْهُمَا ۗاِلَيَّ مَرْجِعُكُمْ فَاُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُوْنَ ٨
Artinya: “Kami telah mewasiatkan (kepada) manusia agar (berbuat) kebaikan kepada kedua orang tuanya. Jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan-Ku dengan sesuatu yang engkau tidak mempunyai ilmu tentang itu, janganlah engkau patuhi keduanya. Hanya kepada-Ku kamu kembali, lalu Aku beri tahukan kepadamu apa yang selama ini kamu kerjakan.”
Sa’ad bin Abi Waqqash RA sangat mencintai Rasulullah SAW dan tentu dia menaruhkan rasa cintanya yang besar kepada Allah SWT. Sebab, Rasulullah SAW merupakan penunjuk jalannya, bahkan rasa cintanya kepada Rasulullah SAW melebihi rasa cintanya kepada keluarganya sendiri.
Pada suatu malam ketika Rasulullah SAW terjaga dari tidurnya, beliau bersabda, “Seandainya pada malam ini ada seorang saleh dari sahabatku yang mau menjagaku.”
Kemudian suara seseorang menghunus pedang pun terdengar. Rasulullah SAW bertanya, “Siapa itu?”
Orang itu menjawab, “Sa’ad bin Abi Waqqash wahai Rasulullah. Aku datang untuk menjagamu.”
Sa’ad bin Abi Waqqash RA termasuk orang yang beruntung karena ia didoakan oleh Rasulullah SAW, “Ya Allah, tepatkanlah (bidikan) panahnya dan kabulkanlah doanya.” Sejak saat itulah, bidikan Sa’ad bin Abi Waqqash RA akan selalu tepat sasaran.
Bersama Rasulullah SAW, Sa’ad bin Abi Waqqash RA mengikuti berbagai peperangan seperti Perang Badar, Uhud, dan Khandaq. Ia adalah orang pertama yang melemparkan panah dan mengucurkan darah di jalan Allah SWT.
Sa’ad bin Abi Waqqash RA pernah diutus oleh Khalifah Umar RA untuk menghadapi pasukan Persia di Qadisia. Sa’ad bin Abi Waqqash RA dan pasukannya kemudian berangkat dengan bekal doa dari Amirul Mukminin dan seluruh kaum muslim.
Pertempuran antara kaum muslim dan pasukan Persia berlangsung dengan hebat. Allah SWT pun menganugerahkan kemenangan kepada kaum muslim. Sa’ad bin Abi Waqqash RA dan pasukan muslim berhasil merebut beberapa daerah, seperti Karkasia, Tikrit, Jaluja, dan Masbandan.
Wafatnya Sa’ad bin Abi Waqqash
Disebutkan dalam beberapa riwayat, Sa’ad bin Abi Waqqash RA selalu mengisi waktunya untuk menambah pengetahuan, tafakur, dan mencari kebijaksanaan. Ia tidak mau untuk melibatkan diri dalam fitnah serta perselisihan antara Ali dan Muawiyah. Ia memilih untuk menjauhkan diri.
Sa’ad bin Abi Waqqash RA pernah berkata, “Aku ingin memiliki pedang yang tak dapat dipakai mencelakai seorang mukmin pun, tetapi mampu menebas leher orang kafir.”
Menjelang ajalnya, Sa’ad bin Abi Waqqash RA meminta untuk diambilkan jubah kasarnya dan berkata, “Kafanilah aku dengan jubah ini. Aku bertempur melawan kaum musyrik di Perang Badar dengan mengenakan jubah ini. Jubah ini milikku satu-satunya, dan hanya jubah ini yang pantas membungkus tubuhku.”
Sa’ad bin Abi Waqqash RA wafat di al-Aqiq, sekitar 12 kilometer dari Madinah. Jenazahnya digotong oleh beberapa orang ke Madinah. Bahkan Marwan dan para istri Rasulullah SAW ikut menyalati jenazah Sa’ad bin Abi Waqqash RA.(*/Da)