STRES HINGGA DEPRESI, KECEMASAN FINANSIAL BISA BERIMBAS PADA KESEHATAN MENTAL
JAKARTA – Kekhawatiran akan kondisi finansial bisa berujung pada kesehatan mental yang terganggu. Sementara itu, resesi global, kenaikan harga-harga, dan cemas kehilangan pekerjaan terus menggempur, membuat banyak orang takut dan bingung.
Psikolog klinis Thomas Richardson mengatakan kekhawatiran terkait keuangan adalah masalah sehari-hari bagi banyak orang. Namun, hal ini tak boleh dibiarkan begitu saja, sebab dapat berdampak besar pada kesejahteraan mental.
“Seberapa banyak Anda stres dan khawatir tentang keuangan sebenarnya lebih berdampak daripada seberapa besar Anda secara objektif benar-benar kesulitan secara finansial,” ungkap Richardson, dikutip dari laman Mirror, (23/2/2024).
Richardson menjelaskan, respons psikologis yang umum terhadap kesulitan finansial adalah stres, depresi, gangguan kecemasan, bahkan keinginan bunuh diri. Orang yang berada dalam kesulitan keuangan cenderung mengalami kemunduran kesehatan mental seiring berjalannya waktu.
Orang yang memiliki utang tanpa jaminan seperti kartu kredit juga terbukti dalam studi berisiko tiga kali lebih besar mengalami masalah kesehatan mental. Kondisi itu juga menyebabkan lebih banyak orang berjuang dengan masalah narkoba dan alkohol.
Siklus kesulitan keuangan dan masalah kesehatan mental bisa menjadi lingkaran setan. Misalnya, seseorang mungkin sangat khawatir karena tidak mampu membayar tagihan sehingga akhirnya merasa sangat cemas. Kecemasan ini kemudian membuat pengelolaan keuangan menjadi lebih sulit atau buruk.
Sebaliknya, masalah kesehatan mental yang serius dapat menyebabkan orang harus menerima pekerjaan dengan gaji rendah atau tidak stabil. Beberapa masalah kesehatan mental, seperti gangguan bipolar, juga dikaitkan dengan tingginya tingkat pengeluaran impulsif dan risiko kebangkrutan.
Richardson yang merupakan pakar hubungan antara kesulitan keuangan dan masalah kesehatan mental membagikan beberapa cara untuk mengatasi kekhawatiran finansial itu. Jika seseorang memang sedang mengalami kesulitan finansial, penting untuk menyadari bahwa dia tidak sendirian.
Membicarakan hal itu dengan orang terdekat akan sangat membantu, baik itu dengan teman, anggota keluarga, atau penasihat keuangan. Menurut Richardson, membicarakan kekhawatiran keuangan bukan hal yang tabu sebab itu merupakan masalah nyata.
Adanya dukungan dari sekitar, baik orang terdekat atau kelompok support akan membantu mengurangi rasa malu dan kritik diri. Dengan begitu, seseorang berhenti cemas berlebihan dan mulai menghadapi masalahnya dengan lebih percaya diri.
Jika anggaran terbatas dan ada guncangan finansial, segera cari cara menyeimbangkan neraca keuangan. Seseorang juga bisa mempelajari apa yang memicu pembelanjaan impulsif dan menemukan strategi praktis untuk mencegahnya.
“Memecah tujuan keuangan menjadi tugas-tugas yang lebih kecil dan lebih mudah dikelola juga dapat membantu mendapatkan kembali kendali dalam mengelola finansial. Jika perlu melunasi utang yang besar, buatlah rencana langkah demi langkah, serta mulailah dengan hal yang paling mudah,” jelas Richardson.(*/Ya)