ABRAHAH YANG SOMBONG DAN KEHANCURAN TENTARA GAJAH
Pertama, penggalian sumur zam-zam oleh Abdul Mutthalib. Kedua, datangnya pasukan bergajah yang hendak menyerang Baitullah.
Dalam Sirah Nabawiyah karya Syeikh Shafiyyur-Rahman Al-Mubarakfury yang bersumber dari Kitab “Ar-Rahiqul Makhtum” diceritakan, Najasyi di negeri Yaman ketika melihat orang-orang Arab melakukan haji ke Ka’bah, dia membangun gereja amat megah di Kota Shan’a.
Tujuannya agar orang-orang Arab mengalihkan haji mereka ke sana. Niat jelek ini didengar oleh seorang yang berasal dari Bani Kinanah. Dia secara diam-diam mengendap-endap menerobos malam memasuki gereja tersebut, lalu dia lumuri kiblat mereka itu dengan kotoran.
Ketika mengetahui perbuatan tersebut, meledaklah amarah Abrahah dan serta merta mengerahkan pasukan besar berkekuatan 60.000 personel untuk menghancurkan Ka’bah. Dia juga memilih gajah paling besar sebagai tunggangannya.
Dalam pasukan itu terdapat sembilan ekor gajah atau tiga ekor. Dia meneruskan perjalanannya hingga sampai di Al-Maghmas. Di sini dia memobilisasi pasukannya, menyiagakan gajahnya dan bersiap-siap melakukan invasi ke Kota Mekkah.
Anehnya, baru saja mereka sampai di Wadi Mahsar (Lembah Mahsar) yang terletak antara Muzdalifah dan Mina, tiba-tiba gajahnya berhenti dan duduk. Gajah ini tidak mau lagi berjalan menuju Ka’bah dan ogah dikendalikan oleh mereka baik ke arah selatan, utara atau timur. Setiap mereka perintahkan ke arah-arah tersebut, gajah berdiri dan berlari dan apabila mereka arahkan ke Ka’bah, gajah tersebut duduk.
Saat kondisi seperti itu, terjadi peristiwa dahsyat yang diabadikan dalam Alqur’an. Allah Ta’ala mengirimkan burung-burung yang berbondong-bondong melempari mereka dengan batu. Batu tersebut berasal dari tanah yang terbakar. Lalu Allah Ta’ala menjadikan mereka seperti daun-daun yang dimakan (ulat).
Burung itu semisal besi yang berkeluk/pengait (khathathif) dan kacang adas (balsan). Setiap burung melempar tiga buah batu. Sebuah di paruhnya, dan dua buah di kedua kakinya berbentuk seperti kerikil.
Bila lemparan batu itu mengenai seseorang, maka anggota-anggota badan orang itu akan berkeping-keping dan hancur. Tidak semua pasaukan bergajah terkena lemparan. Ada yang keluar melarikan diri, tetapi mereka saling berdesakan satu sama lainnya sehingga banyak yang jatuh di jalan-jalan, dan binasa terkapar di berbagai tempat.
Sedangkan Abrahah sendiri, Allah kirimkan kepadanya satu penyakit yang membuat sendi jari-jemari tangannya tanggal dan berjatuhan satu per-satu. Sebelum dia mencapai Shan’a, dia tak ubahnya seperti seekor anak burung yang dadanya terbelah dari hatinya, untuk kemudian dia roboh tak bernyawa.
Adapun kondisi orang-orang Quraisy, mereka berpencar-pencar ke lereng-lereng gunung dan bertahan di bukit-bukitnya karena merasa ngeri dan takut kejadian tragis menimpa pasukan Abrahah itu menimpa mereka.
Kisah Abrahah yang Sombong dan Kehancuran Tentara Gajah
Setelah pasukan bergajah itu luluh lantak akibat kejadian tragis dan mematikan itu, kemudian mereka turun gunung dan kembali ke rumah masing-masing dengan rasa penuh aman.
Peristiwa dahsyat tersebut terjadi pada bulan Muharram, 50 hari atau 55 hari (menurut pendapat mayoritas) sebelum kelahiran Nabi Muhammad SAW bertepatan dengan penghujung bulan Februari atau permulaan Maret tahun 571 Masehi.
Kisah Abrahah ini diabadikan oleh Allah dalam Surah Al-Fil (Gajah), surah ke-105 terdiri dari 5 ayat:
(1) Tidakkah kamu mengetahui wahai Muhammad apa yang telah diperbuat Tuhanmu terhadap pasukan gajah?
(2) Bukankah Tuhan telah menjadikan tipu daya mereka itu sia-sia.
(3) dan mengirim burung-burung yang berbondong-bondong;
(4) yang melempari mereka dengan batu-batu dari tanah liat yang dibakar;
(5) sehingga mereka dijadikan-Nya seperti daun-daun yang dimakan (ulat).
Demikian kisah kebinasaan Raja Abrahah dan tentara gajahnya ketika ingin menyerang Baitullah Makkah.(*/Fir)