Advetorial

KACAMATA LOKAL KALAH SAING DENGAN PRODUK KW ASAL CHINA

visit indonesia

JAKARTA – Produk kacamata asal China menguasai 90 persen pangsa pasar di Indonesia. Akibatnya, produsen kacamata dalam negeri harus berjuang keras untuk bisa bertahan dari serbuan produk impor.

&80 x 90 Image

Direktur PT Atalla Indonesia, Wenjoko Sidharta mengatakan, salah satu sebab produk impor mampu menguasai pasar dalam negeri lantaran produk kacamata tersebut merupakan barang imitasi atau yang biasa disebut KW. Hal ini membuat produk impor tersebut laris manis di pasaran meski kualitasnya rendah.

“Dari 90 persen, 80 persennya itu produk KW. Misalnya Oakley, Gucci, Police. Masa kacamata Gucci harganya Rp 20 ribu-Rp 30 ribu. Enggak masuk akal. Tetapi masalahnya pemegang mereknya malah tidak komplain,” ujar dia di Tangerang, Banten, Rabu (15/5/2019).

Joko mengungkapkan, meski harga jual kacamata produksi dalam negeri terhitung lebih murah, tapi tetap saja konsumen lebih memilih membeli kacamata KW dengan merek yang sudah terkenal.

“Misalnya kita jual dengan merek kita Rp 7.000, kemudian merek KW Rp 10 ribu. Orang akan pilih yang KW. Tapi kalau misalnya sama-sama pakai house brand masing-masing kita pasti menang. Cuma kita kan enggak mau pakai merek KW,” kata dia.

Oleh sebab itu, lanjut dia, Joko berharap pemerintah memiliki solusi untuk menekan banjirnya impor kacamata. Jika tidak, industri kacamata dalam negeri akan sulit untuk berkembang.

“Kita tidak minta apa-apa, tapi tolong ini disetarakan.‎ Kita kalah dengan produk KW dan tidak ada satu pun yang bisa lakukan sesuatu,” tandas dia.

Sebelumnya, pasar kacamata Indonesia masih dikuasai produk asal luar negeri. Saat ini 90 persen produk kacamata yang beredar di Indonesia merupakan produk impor, yang didominasi asal China.

Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka (IKMA) Gati Wibawaningsih ‎saat ini, hanya tinggal tersisa satu industri kacamata yang ada di dalam negeri yaitu PT Atalla Indonesia. Satu industri tersebut hanya menguasai 10 persen dari pangsa pasar kacamata nasional.

“Industri ini cuma satu-satunya di Indonesia. Kita harus support. Ini kita impornya 90 persen, cuma 10 persen yang dikuasai oleh Atalla,” ujar dia di Tangerang, Banten, Rabu, 15 Mei 2019.

Menurut Gati, industri kacamata lokal memang perlu mendapatkan perhatian khusus dari pemerintah. Jika tidak, maka tidak ada lagi kacamata yang diproduksi di dalam negeri.

“Ini harus dikembangkan karena potensinya besar. Kita akan promosikan. Ini perlu didorong,” kata dia.

Sementara itu, Direktur PT Atalla Indonesia, Wenjoko Sidharta mengatakan, selama ini Atalla memang menjadi satu-satunya industri kacamata yang mampu bertahan. Meski menjadi pemain tunggal, Atalla justru kesulitan untuk bersaing dengan produk-produk impor asal Negeri Tirai Bambu.

‎‎”Saya tidak keberatan kalau ada industri sejenis investasi di dalam negeri. Sekarang hampir 90 persen raw material juga masih impor. Tapi kalau industri ini tumbuh, maka akan ada industri spare part-nya di dalam negeri.‎ Sekarang pengusaha asing yang impor dan buka toko sendiri itu sudah banyak,” tandas dia.(*El)

Loading...