MINUM KOPI CARA MEREDAKAN RASA SKIT DENGAN LEZAT
JAKARTA – Konsumsi kopi merupakan hal yang biasa dilakukan pada pagi hari untuk menyegarkan otak dan mempersiapkan diri untuk bekerja. Minuman ini juga biasa dikonsumsi pada siang dan malam hari untuk meningkatkan produktivitas dan membuat diri terjaga.
Penelitian mengungkap bahwa minuman ini ternyata juga dapat memiliki sejumlah manfaat lain. Dilansir dari Her, penelitian terbaru mengungkap bahwa satu atau dua cangkir tiap hari bisa memberi manfaat yang sama seperti penghilang rasa sakit.
Hasil penelitian ini diperoleh peneliti dari Beth Israel Deaconess Medical Center, Boston Children’s Hospital, dan Harvard Medical School. Hasil temuan ini telah dipublikasikan pada Nature Medicine.
Diketahui bahwa tidur lebih banyak dan konsumsi kafein untuk membuat terjaga bisa membuatnya lebih efektif dibanding analgesik standard.
Temuan ini tentu menjadi kabar gembira bagi para penggemar kopi.
Pada temuan ini, peneliti mencoba mencari hubungan antara konsumsi kafein dengan manajemen sakit kronis. Dari penelitian diketahui bahwa kurang tidur bisa berujung pada meningkatnya sensitivitas rasa sakit.
“Kami mengembangkan protokol terhadap kucing yang kurang tidur secara kronis pada kondisi tidak stres. Dengan memberi mainan dan aktivitas pada waktu mereka seharusnya tidur, maka hal ini memperpanjang waktu bangun. Hal ini serupa dengan yang kita lekukan ketika tetap terjaga ketika kebanyakan menonton TV larut malam setiap hari kerja,” terang peneliti Chloe Alexandre.
“Kurang tidur dalam jumlah kecil selama lima hari berturut-turut bisa meningkatkan sensitivitas sakit secara signifikan seiring waktu pada tikus yang sehat,” sambungnya.
Peneliti kemudian menemukan bahwa tikus menjadi kurang tidur serta lebih sensitif terhadap rasa sakit. Walau begitu ketika diberikan pereda rasa sakit seperti morfin dan ibuprofen, tidak ada yang berhasil sedangkan kafein bisa membantu meredakan hal ini.
“Hasil penelitian ini menunjukkan pendekatan yang tepat terhadap manajemen rasa sakit yang mudah untuk diterapkan pada tahap klinis. Penelitian secara kritis penting dilakukan untuk memahami kebutuhan waktu tidur dan untuk menguji kemanjuran obat yang bisa membuat terbangun pada pasien kronis,” terang Kiran Maski, MD dari Boston Children’s Hospital.(*/Ndo)