ZAID BUN TSABIT, SAHABAT NABI YANG MENGUMPULKAN MUSHAF AL-QUR’AN
Rasulullah SAW memiliki banyak sahabat yang setia menemani beliau untuk memperjuangkan Islam. Salah satu sahabat Rasulullah SAW bernama Zaid bin Tsabit RA.
Dirangkum dari buku Kisah 60 Sahabat Nabi oleh Khalid Muhammad Khalid terjemahan Agus Suwandi, Zaid bin Tsabit RA adalah orang yang berjasa dalam mengumpulkan Al-Qur’an menjadi satu mushaf. Ia merupakan kaum Anshar yang berasal dari Madinah. Umurnya baru 11 tahun ketika Rasulullah SAW hijrah ke Madinah.
Kisah Zaid bin Tsabit RA Mengumpulkan Al-Qur’an
Sejak wahyu mulai diturunkan kepada Rasulullah SAW, beliau membacakan dan menyampaikannya. Ada satu kelompok yang diberkahi yang mencurahkan segala perhatian kepada Al-Qur’an sejak hari-hari pertama, sebagian dari mereka tampil menghafal semampunya. Sebagian lainnya memiliki keterampilan menulis, sehingga mereka menjaga ayat-ayat tersebut dengan tulisan-tulisan mereka.
Banyak penghafal dan penulis berniat untuk menjaga Al-Qur’an. Di antara pemimpin dalam urusan ini adalah Ali bin Abu Thalib RA, Ubay bin Ka’ab RA, Abdullah bin Mas’ud RA, Abdullah bin Abbas RA, dan Zaid bin Tsabit RA.
Sa’ad bin Abi Waqqash, Pejuang Islam yang Panahnya Selalu Tepat Sasaran
Setelah wahyu turun sempurna, Rasulullah SAW membacakannya kepada kaum muslimin secara tertib menurut urutan surat dan ayat-ayatnya. Setelah Rasulullah SAW wafat, kaum muslimin disibukkan oleh peperangan menghadapi kaum murtad, dan banyak ahli baca dan ahli hafal Al-Qur’an gugur syahid.
Meskipun kemurtadan masih membara, Umar RA menghadap Khalifah Abu Bakar RA dan memohon agar segera mengumpulkan Al-Qur’an sebelum para penghafal Al-Qur’an syahir.
Setelah melakukan istikharah dan berunding dengan para sahabatnya, Abu Bakar RA akhirnya memanggil Zaid bin Tsabit RA. Zaid bin Tsabit RA diminta untuk memulai pengumpulan Al-Qur’an dengan bantuan para ahli yang berpengalaman.
Zaid bin Tsabit RA segera melaksanakan tugas yang mulia tersebut meski banyak ujian yang harus dihadapinya. Ia mengerahkan segala cara untuk mengumpulkan ayat-ayat dan surat demi surat dari hafalan para hafiz dan dari tulisan. Dengan menimbang, membandingkan, dan memeriksa satu dengan lainnya, akhirnya Zaid bin Tsabit RA berhasil menghimpun Al-Qu’an yang tersusun dan rapi.
Zaid bin Tsabit RA sukses melaksanakan tugas penting tersebut. Ia telah menyelesaikan kewajiban dan tanggung jawab dengan sebaik-baiknya.
Hal ini merupakan tahap pertama dalam pengumpulan Al-Qur’an. Namun, penghimpunan kali ini masih tertulis dalam banyak mushaf.
Pada masa khalifah Utsman bin Affan RA, kaum muslim terus memperjuangkan Islam dan banyak yang masuk Islam. Saat itu, tampak jelas hal-hal yang berbahaya karena perbedaan beberapa mushaf, yaitu perbedaan bacaan terhadap Al-Qur’an.
Maka dari itulah, Utsman RA melakukan istikharah dan berunding dengan para sahabatnya seperti yang dilakukan Abu Bakar RA dahulu. Utsman RA kemudian meminta bantuan tenaga Zaid bin Tsabit RA. Ia dan para sahabatnya pun melaksanakan tugas tersebut.
Semua orang yang membantu Zaid bin Tsabit RA adalah para penulis wahyu dan penghafal Al-Qur’an. Mereka selalu berpegang kepada petunjuk dan pendapat Zaid bin Tsabit RA dan menjadikannya sebagai alasan kuat dan keputusan akhir.
Sekilas tentang Zaid bin Tsabit RA
Zaid RA kecil ikut masuk Islam bersama keluarganya yang lain yang memeluk Islam. Zaid RA mendapatkan berkah karena didoakan oleh Rasulullah SAW.
Orang tua Zaid RA membawa dirinya untuk ikut serta dalam Perang Badar. Namun Rasulullah SAW melarangnya karena umur dan tubuhnya masih sangat kecil.
Ketika Perang Uhud, Zaid RA dan teman-teman sebayanya menghadap Rasulullah SAW. Mereka memohon agar diterima dalam barisan Mujahidin, bahkan keluarga mereka mendukung permohonan tersebut dan berharap dikabulkan.
Rasulullah SAW masih keberatan jika membolehkan mereka dalam Perang Uhud. Namun, dua di antara mereka diperbolehkan ikut berperang karena mereka telah menunjukkan kemahiran mereka di hadapan Rasulullah SAW.
Enam remaja yang tersisa, termasuk Zaid RA dan Abdullah bin Umar RA juga berusaha agar diizinkan ikut berperang. Namun, karena usia mereka yang masih muda, Rasulullah SAW menjanjikan mereka untuk ikut peperangan mendatang. Zaid RA dan rekan-rekannya memulai peran pertama sebagai Mujahid di jalan Allah SWT dalam Perang Khandaq, pada tahun V hijrah.(*/Tian)