MIRAMISTIN, SENYAWA YANG DIYAKINI BISA BUNUH VIRUS

JAKARTA – Perang dingin (1947-1991) yang dipicu ketegangan politik dan militer antara Barat yang dipimpin Amerika Serikat dan negara Komunis yang dipimpin Uni Soviet, tidak hanya menyisakan kerusakan struktural dan sosial. Tetapi juga mewariskan suatu senyawa yang dianggap potensial untuk memerangi virus flu, HPV, bahkan coronavirus.

Senyawa itu disebut miramistin, dikembangkan untuk program luar angkasa Perang Dingin Uni Soviet. Miramistin diyakini dapat membunuh virus corona, influenza A, HPV (human papillomavirus), dan HIV (human immunodeficiency virus).
Studi terbaru tentang miramistin ini merupakan hasil kolaborasi antara David Denning dari University of Manchester dan Ali Osmanov dari Ukraina, di mana di Ukraina miramistin masih digunakan di bawah pengaturan klinis. Osmanov membawa antiseptik itu ke tim peneliti Manchester untuk studi lebih lanjut dan terbaru.
“Miramistin telah diabaikan di Barat, padahal ini mungkin memiliki keunggulan praktis,” kata Osmanov seperti dilansir dari laman Healthline pada Senin (20/7).
Menurut Osmanov, saat ini antiseptik bertindak sebagai garda terdepan dalam melawan bakteri dan virus, juga memiliki peran penting dalam pengendalian infeksi. Sayangnya, antiseptik yang digunakan saat ini memiliki beberapa kekurangan. Misalnya, kandungan pemutihnya dapat memperburuk asma, dan banyak antiseptik yang sudah tidak mempan melawan virus corona.
Sedangkan Miramistin, kata Osmanov, menjawab beberapa kekurangan dari antiseptik yang ada. Keunggulan miramistin seperti toksisitasnya rendah, dapat terbiodegradasi, dan memiliki kemungkinan lebih rendah untuk mendorong pertumbuhan superbugs (kuman yang resisten terhadap obat antimikroba).
“Ini adalah antiseptik spektrum yang cukup luas, sehingga mungkin bekerja pada tingkat permukaan sel dan itu jauh lebih sulit untuk melakukan resistensi,” kata Denning.
Miramistin bekerja dengan merusak sel secara langsung. Dibanding dengan antiseptik lain seperti penisilin misalnya, miramistin lebih kecil kemungkinan mengembangkan superbugs. Miramistin juga tidak memiliki efek genotoksik dan biodegradasi antara 88 dan 93 persen.
Tetapi, jangan langsung berharap miramistin akan bisa jadi pembunuh COVID-19. Miramistin memang efektif pada coronavirus lain, tetapi belum diuji pada SARS-CoV-2 penyebab Covid-19.
“Meskipun kemungkinan akan efektif untuk membunuh itu, tapi uji klinis sangat diperlukan,” kata Denning. Dalam setiap kasus, penggunaan klinis miramistin yang paling manjur adalah sebagai antiseptik topikal pada luka, borok kulit, dan infeksi kulit.(*/Nia)