POLA HIDUP SEHAT, DUA HAL YANG PERLU DIHINDARI SETELAH PASANG RING JANTUNG

JAKARTA – Pemasangan stent atau ring jantung bisa membuka kembali arteri koroner yang semula menyempit atau bahkan tersumbat akibat penumpukan plak di dinding pembuluh darah. Akan tetapi, arteri koroner yang sudah disangga oleh ring jantung bisa kembali menyempit bila pasien tidak melakukan perubahan dalam hidup mereka.

Ring jantung biasanya diberikan pada pasien yang mengalami serangan jantung karena arteri koroner mereka tersumbat. Prosedur pemasangan ring jantung pada pasien yang mengalami serangan jantung dikenal sebagai primary PCI.
Selain itu, ring jantung juga bisa diberikan kepada pasien yang belum mengalami serangan jantung tetapi sudah mengalami penyempitan arteri koroner. Pada kasus seperti ini, prosedur pemasangan ring jantung dikenal dengan nama PCI yang terencana.
Pemasangan ring jantung merupakan prosedur intervensi non bedah dengan menggunakan selang kecil fleksibel atau kateter. Sebelum ring jantung dipasang, kateter akan dimasukkan melalui pembuluh pergelangan tangan atau pangkal paha menuju arteri koroner yang tersumbat atau menyempit.
Setelah itu, balon akan dikembangkan agar arteri koroner kembali melebar. Untuk menyangga agar arteri koroner tetap terbuka, ring jantung akan dimasukkan dan dikembangkan di area tersebut.
“Setelah pasang ring (jantung), aliran darahnya akan muncul lagi,” jelas spesialis jantung dan pembuluh darah dari Heartology Cardiovascular Hospital, Dr dr Jajang Sinardja, akhir pekan kemarin.
Pada kasus serangan jantung, prosedur pemasangan ring jantung perlu dilakukan dengan cepat dan tepat. Idealnya, //door to balloon time// atau waktu sejak pasien tiba di IGD hingga primary PCI dilakukan sebaiknya di bawah 90 menit.
Pemasangan ring jantung yang cepat dan tepat memiliki tingkat keberhasilan lebih dari 90 persen untuk mengembalikan aliran darah dari arteri koroner ke otot jantung. Namun di sisi lain, plak yang memicu penyempitan atau penyumbatan arteri koroner juga bisa menumpuk kembali pada area yang sudah disangga oleh ring jantung.
Dengan kata lain, arteri jantung yang sudah dipasangi ring jantung memiliki peluang untuk kembali tersumbat. Penyumbatan ulang ini biasanya dipicu oleh gaya hidup tidak sehat yang dilakukan oleh pasien.
Untuk mencegah terjadinya penyumbatan kembali pada arteri jantung, Dr Jajang mengungkapkan ada dua hal yang perlu dihindari oleh pasien. Berikut ini adalah kedua hal yang perlu dihindari tersebut.
Pola hidup yang tidak sehat memiliki peran besar terhadap terjadinya penyumbatan kembali di arteri jantung. Dr Jajang mengungkapkan bahwa pasien yang sudah dipasangi ring jantung harus berusaha mengubah pola hidup mereka menjadi lebih sehat.
Sebagai contoh, pasien yang semula gemar merokok atau vaping harus menghentikan kebiasaan tersebut. Selain itu, pasien juga perlu memperbaiki pola makan agar terhindar dari kondisi obesitas, kolesterol tinggi, hingga darah tinggi.
“Yang berisiko tumbuh plak lagi adalah yang pola hidupnya tidak sehat. Merokok, ada darah tinggi, kolesterol tinggi, obesitas,” pungkas Dr Jajang.
Pasien yang sudah dipasangi ring jantung harus rutin meminum obat yang diresepkan oleh dokter. Obat-obatan ini biasanya diberikan sebagai pencegahan sekunder.
Salah satu jenis obat yang akan diberikan kepada pasien adalah obat pengencer darah. Obat ini berfungsi untuk mencegah agar darah tidak menggumpal dan perlu dikonsumsi seumur hidup.
Jenis obat lain yang biasanya juga diresepkan adalah obat kolesterol. Obat ini berfungsi untuk membantu agar plak di dinding pembuluh darah tetap stabil dan tidak memicu penyempitan pembuluh darah. Obat ini juga perlu dikonsumsi seumur hidup.
Selain itu, pasien yang sudah dipasangi ring jantung akan memerlukan obat untuk menunjang kondisi jantung. Seperti diketahui, riwayat serangan jantung biasanya akan membuat kondisi jantung pasien cenderung menurun. Obat penunjang kesehatan jantung perlu diberikan agar kondisi kesehatan jantung pasien tidak mudah menurun.
“Kalau kita makan dan hidup secara sehat, tidak akan mudah plak itu terbentuk,” kata Dr Jajang.(*/Tas)