Advetorial

KETUA DPRD BOGOR RUDY SUSMANTO: DISDIK HARUS ALOKASIKAN ANGGARAN DENGAN TEPAT

visit indonesia

CIBINONG – Ketua DPRD Kabupaten Bogor Rudy Susmanto ingatkan Dinas Pendidikan (Disdik) untuk memprioritaskan sekolah yang membutuhkan pengadaan meubelair dan rehabilitasi ruang kelas yang rusak.

&80 x 90 Image

Rudy mengakui, banyak Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Kabupaten Bogor yang perlu rehabilitasi dan juga perlu pengadaan alat penunjang Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), seperti bangku dan meja.

“Dengan banyakanya jumlah SD, SMP di Kabupaten Bogor, lalu ada sekolah yang ruang kelasnya rusak sudah di rehabilitasi, ada yang ruang kelasnya kurang sudah di bangun, ruang kelas baru mebeler nya emang belum terisi, lalu ada meubelair yang sudah waktunya untuk diganti,” ujarnya, Selasa (21/10/2023).

Menurut Rudy, penambahan Ruang Kelas Baru (RKB), rehabilitasi kelas, hingga penambahan alat penunjang KBM tidak dapat dipenuhi seluruhnya dalam satu tahun penganggaran APBD.

“Maka tiap tahun kita anggarkan bertahap, rutin setiap tahun. Mudah mudahan pengalokasiannya betul-betul sesuai yang membutuhkan prioritas utama dulu,” katanya.

“Karena kalau bicara soal kemampuan anggaran pada saat ini supaya tidak berulang-ulang kita menyiapkan SD dan SMP yang dibutuhkan, karena yang dibutuhkan hampir setengah APBD kita. Makanya kita bertahap, tidak bisa kita cukupi semuanya sekaligus,” tutupnya.

Diberitakan sebelumnya, Puluhan siswa/i kelas IV SDN Cidokom 2 terpaksa melaksanakan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) hanya dengan beralaskan lantai. Hal ini karena kurangnya ruang kelas dan meubelair yang dimiliki sekolah yang berada di Kecamatan Rumpin, Kabupaten Bogor ini.

Salah satu siswi, Asep menyebut, ia merasakan belajar dengan beralaskan lantai pada saat menginjak di kelas IV, atau tahun ini.

Ia pun mengaku, Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) dengan cara meleseh di lantai ini kurang nyaman dan memiliki ruangan yang panas. Namun kendati begitu, Asep menyebut ia lebih suka belajar dengan sistem lesehan, tanpa bangku dan meja ini. “Enak. Lebih suka kayak gini,” ujarnya.

Sementara itu, pelajar lainnya, ia lebih suka belajar diatas meja dengan alas duduk bangku.

“Lebih suka belajar di meja. Kalau di bawah nggak enak, pegal. Nulisnya susah, mau (kelas) lebih gede. Ini desek-desekan,” tuturnya.

Di lokasi yang sama, Wali Kelas 4B SDN Cidokom 2, Mohamad Andriyana menjelaskan, pihaknya terpaksa melakukan KBM di musola dengan sistem meleseh tersebut lantaran kekurangan ruang kelas dan juga meubelair.

“Intinya ruang kelas kurang, meubelair juga sama kurang. Karena kebetulan jumlah kelas ideal itu di angka 12 kelas, cuma ada 7 yang terpakai. Ada kelas 4B menggunakan musola, dan kelas 6 menggunakan laboratorium,” ujarnya.

Andriyana menyebut, 7 ruang kelas ini tak mampu menampung keseluruhan murid yang memiliki jumlah mencapai 494 siswa.

“Bangunan ini sudah 2 tahun kurang lebih. Kebetulan tahun ajaran 2022/2023 ditempati kelas 5 setahun full. Karena jumlah muridnya paling sedikit. Kebetulan di TA 2023/2024, jumlah murid paling sedikit kelas 4B jumlahnya 34 siswa/i. Mau tidak mau saya yang menempati kelas ini, termasuk siswanya,” tambahnya.

Andriyana pun mengaku, kerap mendapatkan komplain dari wali murid karena melakukan KBM di lantai tanpa fasilitas penunjang, seperti meja dan bangku .

“Itu manusiawi ya. Saya yakin orangtua ingin yang terbaik buat anaknya. Termasuk kondisi belajar, fasilitas anak,” pungkasnya.(*/Al)

Loading...