Asal Usul

ISRA’ MIKRAJ DAN KISAH NABI MELEWATI 7 LAPIS LANGIT

visit indonesia

Isra’ Mi’raj agaknya sulit dinalar secara logika karena keterbatasan akal manusia, namun peristiwa ini bisa diterima ketika kita menggunakan keyakinan iman. Begitulah Islam mengajarkan hakikat dan keimanan.

&80 x 90 Image

Minggu lusa, 27 Rajab 1441 Hijriyah bertepatan 22 Maret 2020 umat Islam akan memperingati momen agung Isra’ wal Mi’raj. Apa yang dialami Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam (SAW) saat Isra’ wal Mi’raj ini diabadikan oleh Allah dalam Al-Qur’an dan hadis Nabi.

سُبْحَٰنَ ٱلَّذِىٓ أَسْرَىٰ بِعَبْدِهِۦ لَيْلًا مِّنَ ٱلْمَسْجِدِ ٱلْحَرَامِ إِلَى ٱلْمَسْجِدِ ٱلْأَقْصَا ٱلَّذِى بَٰرَكْنَا حَوْلَهُۥ لِنُرِيَهُۥ مِنْ ءَايَٰتِنَآ ۚ إِنَّهُۥ هُوَ ٱلسَّمِيعُ ٱلْبَصِيرُ

“Maha Suci Allah yang telah memperjalankan hamba-nya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha mendengar lagi Maha mengetahui.” (QS. Al-Isra’: 1)

Kiyai Naziri Alfansuri dalam satu kajian di Masjid Ar-Rahman, Perumahan Bumi Mas Raya Cikokol, Tangerang, mengatakan, Isra’ Mi’raj adalah peristiwa agung yang di dalamnya terdapat hikmah luar biasa.

Isra’ artinya perjalanan Nabi Muhammad SAW dari Masjidil Haram Makkah ke Masjidil Aqsha Palestina. Ketika beliau melakukan Isra ke Baitul Maqdis (Masjidil Aqsha), di sana beliau memimpin salat bersama para Nabi dan Rasul. Allah menjadikan tempat salat Nabi itu bisa menampung 124.000 Nabi. Masya Allah Tabarakallah.

Sedangkan Mi’raj adalah perjalanan Rasulullah SAW dari Baitul Maqdis menuju Sidratul Muntaha hingga bertemu dengan Allah ‘Azza wa Jalla. Di sinilah Rasulullah SAW menerima perintah salat 50 waktu dalam sehari. Namun akhirnya Allah yang Maha Pengasih memberi keringanan salat 5 waktu dalam sehari. Subhanallah.

Dalam perjalanan Mi’raj itu, Rasulullah SAW diperlihatkan banyak tanda-tanda kebesaran Allah. Salah satunya bertemu para Nabi pilihan Allah:
1. Di langit pertama Rasulullah SAW bertemu dengan Nabi Adam ‘alaihissalam.
2. Di langit kedua Rasulullah SAW bertemu dengan Nabi Isa ‘alaihissalam.
3. Di langit ketiga Rasulullah SAW bertemu dengan Nabi Yusuf ‘alaihissalam.
4. Di langit keempat Rasulullah SAW bertemu dengan Nabi Idris ‘alaihissalam.
5. Di langit kelima Rasulullah SAW bertemu dengan Nabi Harun ‘alaihissalam.
6. Di langit keenam Rasulullah SAW bertemu dengan Nabi Musa ‘alaihissalam.
7. Di langit ketujuh Rasulullah SAW bertemu dengan Nabi Ibrahim ‘alaihissalam.

Bertemu Allah Ta’ala
Ketika Nabi Muhammad SAW mengetuk pintu langit langsung dibukakan. Namun, ketika Rasulullah mengetuk pintu Sidratul Muntaha dengan kalimat “Assalaamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh”, salam beliau tidak dijawab dan pintu tidak dibuka. Rasulullah pun menangis dan berkata kepada Malaikat Jibril, “apa salahku wahai Jibril?”

Lalu Malaikat Jibril berkata bahwa Dia (Allah Ta’ala) itu As-Salam. Rasulullah pun tersadar dan bertaubat kepada Allah Ta’ala. Lalu Rasulullah bertanya bagaimana aku memberikan salam? Kemudian Allah mengajarkan beliau dengan ucapan yang sangat indah:

التَّحِيَّاتُ الْمُبَارَكَاتُ الصَّلَوَاتُ الطَّيِّبَاتُ لِلَّهِ

“Segala kehormatan, dan keberkahan, kebahagiaan dan kebaikan itu kepunyaan Allah.”

Itulah kalimat Rasulullah mengetuk pintu ‘Arsy. Barulah kemudian Allah ‘Azza wa Jalla menjawab:

السَّلاَمُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِىُّ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ

“Keselamatan atas Nabi Muhammad, juga rahmat dan berkahnya.”

Kemudian Rasulullah SAW menjawabnya:

السَّلاَمُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللَّهِ الصَّالِحِينَ

“Keselamatan dicurahkan kepada kami dan atas seluruh hamba Allah yang saleh.”

Rasulullah mengatakan meskipun aku sendirian menghadap-Mu, para Nabi dan Malaikat mengantarku, akankah mereka mendapatkan apa yang aku dapatkan?

السَّلاَمُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللَّهِ الصَّالِحِينَ

“Keselamatan dicurahkan kepada kami dan atas seluruh hamba Allah yang saleh.”

Apakah umatku yang tertinggal di dunia juga mendapatkan salam itu? Masya Allah, sudah sampai kepada Allah, Nabi SAW masih kepikiran umatnya. Begitulah besarnya cinta Rasulullah kepada umatnya. Namun tidak semua mendapat berkah ucapan itu, kecuali hanya umat Nabi yang menjadi hamba saleh yang dicurahkan keselamatan.

Untuk menjadi hamba Allah yang saleh syaratya harus salat. Tidak ada orang yang membaca tahiyat kecuali salat. Maka perbaikilah salat dan sempurnakanlah ia agar menjadi hamba yang saleh.

Pulang dari Isra Mi’raj
Setelah pulang dari peristiwa Isra’ Mi’raj Rasulullah SAW duduk di dekat Ka’bah. Ketika itu hanya sahabat setia Abu Bakar RA yang percaya dengan peristiwa yang dialami Nabi SAW itu. Apapun yang dikatakan Rasulullah, beliau percaya sehingga Abu Bakar digelari Ash-Shiddiq.

Ketika itu tidak hanya kaum kafir Makkah, kaum muslim pun bertanya-tanya soal Isra Mikra’nya Nabi. Sahabat bertanya kapan ke sana lagi? Rasulullah SAW mengatakan sebenarnya Mi’raj kalian lebih mudah. Sucikan dirimu, berwudhulah dan berdiri di atas sajadah, lalu salat. Dari saat engkau berdiri hingga salam berarti engkau sudah melakukan mi’raj.

Salat itu bertemu Allah Ta’ala. Apa yang dikerjakannya merasa dilihat Allah Ta’ala itu sudah Mi’raj. Sembahlah Tuhanmu seolah-olah engkau melihatnya dan yakinlah Allah Ta’ala melihatmu.

وَٱسۡتَعِينُواْ بِٱلصَّبۡرِ وَٱلصَّلَوٰةِۚ وَإِنَّہَا لَكَبِيرَةٌ إِلَّا عَلَى ٱلۡخَـٰشِعِينَ

“Dan mohonlah pertolongan dengan sabar dan salat. Dan sesungguhnya hal itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu (merendahkan diri).” (QS. Al-Baqarah: 46)

Salat itu memang berat kecuali bagi orang yang khusyu’, yaitu yang dalam salatnya ia merasa ketemu Robbnya. Kalau tidak salat itu tidak Mi’raj. Dari rumah ke masjid itu artinya isra’. Mi’rajnya Allah gambarkan dengan 1 raka’at salat kita.

Peristiwa melewati 7 lapis langit ini mengandung hikmah bahwa manusia melakukan 7 gerakan salat. Setiap lapis langit itulah penghormatan kita kepada Allah Ta’ala atau kepada yang dilalui Rasulullah SAW.

Saat tahiyat akhir di situlah kalimat yang digunakan Rasulullah untuk mengetuk pintu ‘arsy. Abdun itu artinya menghamba yang di dalamnya ada dua unsur, ruh dan jasad harus dihadirkan. Maka tidak diterima orang yang salat ruhnya ke mana-mana. Apalagi kalau sebelum shalat di hati ada dendam kepada orang lain.

“Kita akan dianggap Abdun oleh Allah apabila kita merendahkan diri serendah-rendahnya saat salat. Allah tidak akan menerima salat orang yang tidak melepaskan apa yang menempel pada dirinya. Allahu akbar itu adalah kalimat untuk memutus kesombongan kita,” kata Kiyai Kiyai Naziri Alfansuri.

Apa yang kita baca saat Tahiyat adalah dialog Rasulullah SAW dengan Allah Ta’ala.
الصَّلاَةُ مِعْرَاجُ الْمُؤْمِنِيْنَ

“Salat itu adalah Mi’raj bagi orang-orang yang beriman.”(*/Tian)

Loading...