KISAH TOBATNYA SEORANG PENYANYI KARENA MENDENGAR UCAPAN SAHABAT NABI
Kisah penyanyi yang bertobat karena ucapan sahabat Nabi, Ibnu Mas’ud layak dijadikan pelajaran. Foto Ilustrasi/Istimewa
Sudah menjadi kebiasaan bagi sebagian umat Islam menyukai nyanyian. Namun, karena syari’at agama melarangnya, maka hanya orang-orang yang kuat imannya yang tidak mau mendengarkan lagu kecuali syair dan qasidah bernafaskan dakwah.
Ada satu kisah menarik tobatnya seorang penyanyi di zaman sahabat Nabi. Ulama besar Syeikh Abdul Qadir Jailani menulisnya di dalam Al-Ghunyah, ketika sahabat Nabi Abdullah bin Mas’ud radhiallahu ‘anhu (RA) berjalan di Kota Kufah, ada sekelompok ahli maksiat sedang berkumpul di sebuah rumah. Dalam perkumpulan itu, seorang penyanyi bernama Zadzan Abu Amru Al-Kindi menyanyi diiringi alat musik.
Zadzan adalah seorang pemuda yang suka minum khamar dan gemar bernyanyi. Mendengar suaranya yang merdu, Ibnu Mas’ud berucap, “Alangkah baiknya jika suara itu digunakan untuk membaca Al-Qur’an.” Lalu Beliau menutupkan kain di kepalanya dan meninggalkan tempat itu.
Si penyanyi Zadzan kepikiran dengan ucapan itu. Ucapan Ibnu Mas’ud itu begitu berpengaruh di hatinya hingga ia menghancurkan alat-alat musiknya. Zadzan bertanya kepada orang lain tentang siapa sosok orang tersebut. Maka ia pun mengetahui bahwa orang itu adalah Abdullah bin Mas’ud, salah seorang sahabat dekat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam (SAW).
Hidayah pun datang, Zadzan mulai menjadi pengikut Ibnu Mas’ud. Seiring waktu Zadzan menjadi seorang ulama dan penghafal Al-Qur’an pada zamannya.
Ulama generasi Tabi’in, Adz-Dzahabi juga menceritakan kisah itu sebagaimana diriwayatkan dari Abu Hasyim, ia berkata, “Zadzan pernah bercerita, “Dahulu aku adalah seorang pemuda yang memiliki suara merdu dan terampil memainkan thanbur (semacam gitar). Seperti biasa, aku berkumpul dengan kawan-kawanku, ditemani dengan khamar. Sementara itu, aku mendendangkan laguku dan memetik gitarku untuk kawan-kawanku. Ketika Abdullah bin Mas’ud lewat, ia langsung memecahkan botol khamar dan langsung merusak gitarku, kemudian berkata, ‘Lau kana ma yusma’u min husni shautika ya ghulam bil Qur’an kunta anta (andai saja yang diperdendangkan dari merdunya suaramu adalah Al-Qur’an).”
Setelah Ibnu Mas’ud beranjak pergi, aku bertanya kepada teman-temanku, “Siapakah orang itu?” Mereka menjawab, “Ia adalah Ibnu Mas’ud.”
Lalu, aku memutuskan diri untuk bertaubat, aku mengejarnya sambil menangis. Aku memegangi ujung bajunya dan menyatakan aku bertobat. Mendengar penuturanku, Ibnu Mas’ud memelukku dan menangis haru. Ia berkata, “Marhaban bi man ahabbahullah, marhaban (Selamat datang, wahai orang yang dicintai Allah). Setelah itu Ibnu Mas’ud mempersilakanku duduk dan masuk rumah, lalu memberikan kurma kepadaku.
Demikian sepenggal kisah penyanyi yang bertobat karena ucapan seorang Sahabat Ibnu Mas’ud. Adapun hikmah yang bisa kita petik adalah hendaknya kebiasaan menyanyi diganti dengan membaca Al-Qur’an dengan suara merdu.
Rasulullah SAW berpesan: “Hiasilah Al-Qur’an dengan suara yang merdu.” Hadis lain menyebutkan, “Suara merdu akan melipatgandakan keindahan Al-Qur’an.” Banyak riwayat yang menganjurkan agar membaca Al-Qur’an dengan suara yang indah, namun ada juga riwayat yang melarang membacanya dengan suara seperti nyanyian orang Yahudi atau Nasrani.
Dari Fudhalah bin Ubaid RA berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Allah lebih mendengarkan dengan penuh perhatian kepada pembaca Al-Qur’an dari pada seorang tuan yang mendengarkan nyanyian hamba perempuannya.” (HR Ibnu Majah, Ibnu Haban, dan Hakim).
Thawus RA berkata, “Seseorang bertanya kepada Rasulullah, ‘Siapakah yang paling bagus suaranya dalam membaca Al-Qur’an?’ Beliau SAW menjawab, “Seseorang yang jika kamu melihatnya membaca Al-Qur’an terasa bahwa ia takut kepada Allah, yakni dari suaranya terasa ia dalam keadaan takut”.(*/Tian)