Histori

MENYUSURI CANDI MUAROJAMBI TERSISA DARI KOTA KUNO

visit indonesia

JAMBI – Candi Muarojambi, yang berlokasi tidak jauh dari pusat Kota Jambi, yakni sekitar 30 kilometer, merupakan salah satu objek wisata sejarah di Provinsi Jambi.

&80 x 90 Image

Situs purbakala yang berada di di Kabupaten Muarojambi adalah kompleks percandian agama Hindu-Buddha terluas di Asia Tenggara. Kompleks situs candi kuno Muarojambi ini juga dikenal sebagai tempat pengajaran agama Buddha yang sudah ada sekitar seribu tahun lalu

Candi yang terletak di Danau Lamo, Maro Sebo, dan dekat dengan Sungai Batang Hari ini memiliki 82 reruntuhan bangunan kuno (menapo).

Tidak hanya luasnya yang diperkirakan berukuran delapan kali Borobudur, komplek Candi Muarojambi disebut juga sebagai situs kota kuno di Sumatera.

Salah seorang budayawan Jambi, Junaidi T. Noor, mengatakan kepada media, Candi Muarojambi adalah sebuah kompleks percandian Hindu-Buddha.

Pada bagian-bagian bangunan candi dapat menunjukkan bahwa pada zaman dulu Candi Muarojambi ini pernah dijadikan sebagai salah satu pusat tempat peribadatan agama Budha Tantri Mahayana di Indonesia.

Beberapa hasil temuan benda sejarah yang terdapat pada Candi Muarojambi, seperti hasil reruntuhan Stupa, Arca Gajah Singh, dan Arca Prajinaparamita, makin memperkuat bukti sejarah bahwa candi ini sudah lama dijadikan sebagai pusat kegiatan agama Budha.

Agama Buddha Mahayana Tantrayana diduga menjadi agama mayoritas dengan ditemukannya lempeng-lempeng bertuliskan “wajra” pada beberapa candi yang membentuk mandala.

Candi Muarojambi diperkirakan berasal dari abad ke-11 Masehi. Kompleks candi ini, kali pertama dilaporkan pada tahun 1824 oleh seorang letnan Inggris bernama S.C. Crooke, yang melakukan pemetaan daerah aliran sungai untuk kepentingan militer.

Lalu, pada 1975, pemerintah Indonesia mulai melakukan pemugaran yang serius yang dipimpin R. Soekmono. Perkiraan peninggalan di Candi Muarojambi berkisar dari abad ke-9-12 Masehi.

Di situs ini sudah sembilan bangunan telah dipugar, semuanya bercorak Buddhisme. Kesembilan candi tersebut adalah Candi Kotomahligai, Kedaton, Gedong Satu, Gedong Dua, Gumpung, Tinggi, Telago Rajo, Kembar Batu, dan Candi Astano.

Beberapa arkeolog juga menyimpulkan, kompleks Candi Muarojambi dahulu banyak dihuni dan menjadi tempat bertemu berbagai budaya. Hal itu nampak dari ada manik-manik yang berasal dari Persia, China, dan India.

Kompleks percandian Muarojambi secara total berisi 61 bangunan candi yang sebagian besar masih berupa gundukan tanah (menapo) yang belum digali (diokopasi).

Pada tahun 2012, Kompleks Candi MuaroJambi ditetapkan sebagai Kawasan Wisata Sejarah Terpadu (KWST).

Beberapa candi yang sudah dipugar dan bisa dikunjungi para pelancong antara lain Candi Tinggi, Candi Kembar Batu, Candi Kotomahligai, Candi Kedaton, Candi Gumpung, Candi Gedong 1 dan 2, Candi Astano, serta kolam Talaga Rajo.

Candi Gempung adalah candi yang terlihat pertama kali saat wisatawan tiba di Kompleks percandian Muarojambi. Hamparan hijau di depan candi membuat Anda seperti berada di mini savana.

Wisatawan juga dapat melihat kanal-kanal tua dan tanggul alam kuno yang masih terlihat jelas mengelilingi Kompleks Percandian Muarojambi.

Lalu, bagi pengunjung yang ingin menyusuri seluruh area kompleks percandian, pengelola sudah menyiapkan penyewaan sepeda. Pengunjung juga bisa menggunakan jasa becak untuk berkeliling.

Tidak hanya berkeliling melihat situs sejarah, wisatawan yang datang juga bisa berswafoto dengan latar belakang minatur menara Eiffel yang terletak di sebuah taman yang sengaja dibangun di desa wisata Muarojambi.

Fasilitas toilet hingga balai pertemuan untuk aktivitas para wisatawan yang datang berkelompok juga disiapkan oleh pengelola.

Tiket masuk ke area percandian ini , adalah Rp5 ribu per orang. Namun, dengan hanya membayar Rp10 ribu, wisatawan juga sudah bisa menelusuri Kawasan Candi dengan sepeda atau becak motor.

Objek wisata ini buka setiap hari mulai pukul 08.00-18.00 WIB.

Anda membutuhkan waktu sekitar 30 menit dari pusat Kota Jambi untuk menuju Kompleks Candi Muarojambi.

Selama perjalanan menuju lokasi wisata sejarah ini, pengunjung akan disuguhi pemandangan indah melihat aliran sungai terpanjang di Sumatera, sungai Batanghari.

Selain itu, mata Anda juga akan dimanjakan dengan deretan rumah tradisional khas Melayu Jambi hingga rimbunnya pepohonan buah khas Jambi, durian dan duku.

Jika ingin menikmati manisnya durian dan duku khas Jambi, maka waktu yang tepat untuk mengunjungi objek wisata sejarah ini adalah pada bulan Desember hingga Maret, saat waktu musim buah tiba.(*/Dhan)

Loading...