NABI LUTH DAN KISAH KAUM SODOM YANG DITENGGELAMKAN
Syeikh Ahmad menjelaskan, Nabi Luth AS disebut sebanyak 27 kali dalam Al-Qur’an, sedangkan kaumnya disebut 10 kali. Nabi Luth adalah anak keponakan dari Nabi Ibrahim. Ayahnya bernama Haran (Abara’an) bin Azar adalah saudara kandung dari Ibrahim, ayahnya kembar dengan pamannya bernama Nahor. Adapun nasab beliau adalah Luth bin Haran bin Azara bin Nahur bin Suruj bin Ra’u bin Falij bin ‘Abir bin Syalih bin Arfahsad bin Syam bin Nuh.
Nabi Luth adalah orang yang beriman kepada Nabi Ibrahim. Beliau melakukan hijrah dari Irak ke beberapa Tempat. Nabi Luth diutus ke sebuah tempat bernama Sadum (Sodom) di Yordania. Beliau diutus kepada kaum itu yang oleh Al-Qur’an menyebutnya sebagai kaum yang melampaui batas.
Nabi Luth diutus kepada kaum Sadum, kaum yang paling keji. Mereka suka melakukan kekejian di jalan, akhlaknya rusak. Nabi Luth datang mengajak mereka kepada Allah, namun kaumnya justru menakutinya dan mengancamnya. “Wahai Luth, kalau kamu mencegah kami, kamu akan diusir,” kata kaumnya.
Allah Ta’ala berfirman:
“Kaum Luth pun telah mendustakan peringatan itu. Sesungguhnya Kami kirimkan kepada mereka badai yang membawa batu-batu (yang menimpa mereka), kecuali keluarga Luth. Kami selamatkan mereka sebelum fajar menyingsing, sebagai nikmat dari Kami. Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur. Dan sungguh, dia (Luth) telah memperingatkan mereka akan hukuman Kami, tetapi mereka mendustakan peringatan-Ku.” (Surah Al-Qomar: 33-36).
Ketika Allah Ta’ala hendak memusnahkan mereka, Allah mengutus Malaikat ke lima desa. Ada yang mengatakan setiap desa dihuni 4.000 orang. Karena Malaikat datang dalam rupa yang indah, kaum Nabi Luth mencoba mendekati sosok yang tampan itu. Ketika itu Nabi Luth mencoba menghalangi kaumnya, namun gagal.
Nabi Luth sendiri tidak mengetahui kalau sosok manusia tampan itu adalah Malaikat. Ketika kaumnya mencoba masuk, Malaikat berkata biarkan mereka masuk, kami bukan manusia. Istri Nabi termasuk orang yang diazab bersama kaumnya karena membiarkan kekejian dan maksiat terjadi.
Akibat perbuatannya yang melampaui batas, kaum Nabi Luth mendapat azab yang dahsyat. Allah Ta’ala membalikkan tanah yang berada di negeri itu sehingga tanah yang berada paling bawah terbalik menjadi berada di paling atas.
Allah Ta’ala berfirman:
“Kaum Luth telah mendustakan Rasulnya, ketika saudara mereka Luth, berkata kepada mereka, Mengapa kamu tidak bertakwa?’. Sesungguhnya aku adalah seorang Rasul kepercayaan (yang diutus) kepadamu, maka bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku. Dan aku sekali-kali tidak minta upah kepadamu atas ajakan itu; upahku tidak lain hanyalah dari Tuhan semesta alam. Mengapa kamu mendatangi jenis lelaki di antara manusia, dan kamu tinggalkan istri-istri yang dijadikan Tuhanmu untukmu, bahkan kamu adalah orang-orang yang melampaui batas. Mereka menjawab “Hai Luth, sesungguhnya jika kamu tidak berhenti, benar-benar kamu termasuk orang yang diusir”. Luth berkata ‘Sesungguhnya aku sangat benci kepada perbuatanmu.” (QS. Asy-Syu’ara:160-168)
Para ulama mengatakan, lima desa itu diangkat ke langit dunia kemudian dilempar batu. Itulah azab yang diberikan Allah akibat perbuatan keji tersebut. Tempat kaum Nabi Luth ini adalah Laut Mati (Dead Sea).
Laut Mati adalah danau yang membujur di daerah antara Israel, Palestina dan Yordania. Di 417,5 m di bawah permukaan laut, merupakan titik terendah di bumi. Laut mati memiliki kandungan garam tertinggi dari seluruh laut di dunia. Danau ini dinamakan Laut Mati karena tidak ada bentuk kehidupan yang dapat bertahan dalam air garam ini.
“Orang kalau berenang di situ bisa mengambang. Jadi kalau ke sana seharusnya sedih (ingat azab Allah kepada Nabi Luth), tapi orang-orang malah menjadikannya tempat selfie,” kata Syeikh Ahmad.
Sebelum datangnya azab, Allah Ta’ala memberi tahu Nabi Luth bahwa di waktu Subuh akan diturunkan Azab bagi kaumnya. Disebutkan, Malaikat Jibril mengangkat desa tersebut sampai ke langit sampai terdengar suaranya. Istrinya termasuk yang diazab akibat membiarkan kekejian yang melampaui batas. Na’udzubillah min dzalik.
Al-Qur’an tidak menjelaskan secara detail tentang kisah Nabi Luth ini. Disebutkan, ketika desa tersebut dimusnahkan, Nabi Ibrahim AS kala itu berusia 99 tahun. Mengenai tafsir mimpi, apabila seseorang bermimpi Nabi Luth maka akan diberikan kemenangan.
Demikian kisah singkat Nabi Luth dan kaumnya yang durhaka dan melampaui batas. Semoga kita bisa mengambil hikmah dan pelajaran dari kisah-kisah yang terjadi di masa lampau.(*/Tian)