Tempat Asik

TEBING BREKSI YOGYAKARTA, AREA TAMBANG DISULAP JADI AREA WISATA

visit indonesia

YOGYAKARTA – Kawasan wisata Tebing Breksi di Desa Sambirejo, Kabupaten Sleman, Yogyakarta, awalnya merupakan tempat penambangan batu alam untuk material bangunan. Sejak 2014, pemerintah setempat menutup kegiatan pertambangan demi kelestarian lingkungan.

&80 x 90 Image

Penduduk sekitar kemudian menyulap kawasan Tebing Breksi menjadi objek wisata, khususnya bagi para penggemar swafoto. Kepala Desa Sambirejo Sleman, Mujiyono mengatakan, saat masih menjadi kawasan pertambangan, Tebing Breksi hanya menyerap tenaga kerja tak lebih dari 46 orang kepala keluarga di desa itu.

“Setelah Tebing Breksi menjadi kawasan wisata, tenaga kerja yang terserap di sini sekitar 500 orang kepala keluarga,” ujar Mujyono yang juga pengelola kawasan Tebing Breksi saat ditemui Sleman.

Mujiyono menambahkan, tercatat sekitar 5.000 warga Desa Sambirejo yang mayoritas bekerja sebagai petani. Dengan dibukanya kawasan wisata Tebing Breksi sejak akhir 2016 itu, penduduk di sana bisa melakukan pekerjaan yang lebih variatif. Misalnya, ada yang membuka warung makan, berdagang cinderamata, pemandu wisata, mengelola kawasan parkir, menyewakan kendaraan, dan lainnya. “Bahkan ada satu keluarga yang seluruhnya mengandalkan hidup dari bekerja di obyek wisata Tebing Breksi,” ucap dia.

Media sosial turut memiliki andil dalam promosi wisata Tabing Breksi. Jika setiap pengunjung yang datang berfoto selfie kemudian mengunggah gambarnya ke media sosial dengan mencantumkan keterangan tempat, maka keindahan tempat itu kian tersiar. Bahkan pemerintah dan pihak swasta mulai memperhatikan dengan cara memberikan bantuan berbagai fasilitas.

Kunjungan wisata ke Tebing Breksi mencapai 5.000 wisatawan pada hari Senin sampai Jumat. Di akhir pekan, jumlah kunjungan bisa mencapai 15 ribu orang. Padatnya kunjungan ke Tebing Breksi ini berdampak signifikan pada pendapatan desa yang di tahun 2018 lalu tercapai Rp 400 juta. “Padahal di tahun 2016-2017 pemasukan dari Tebing Breksi hanya sekitar Rp 50 juta. Di tahun lalu bisa naik delapan kali lipat,” ujar Mujiyono.

Dengan pamor Tebing Breksi yang semakin populer, Mujiyono tak berani memasang target kunjungan. Musababnya, fasilitas parkir di Tebing Breksi biasanya sudah penuh setelah lewat jam 12.00. “Kalau fasilitas parkirnya sudah penuh, kami harus setop menerima kunjungan,” ujarnya.

Apabila tak ada lagi lahan parkir untuk wisatawan, pengelola tempat wisata Tebing Breksi yang notabene adalah masyarakat sekitar akan memberitahu di akses jalan masuk, sebelum kendaraan wisatawan mulai naik menanjak menuju lokasi. Dengan begitu, wisatawan tak kecewa karena kesulitan mencari tempat parkir dan merasa tak nyaman lantaran tempat wisata sudah penuh sesak.(*/Dhan)

Loading...