BANYAK DISKON, HOTEL SEPI WISATAWAN GEGARA CORONA
YOGYAKARTA – Jika tingkat hunian hotel di Yogyakarta tak pernah sepi, sejak mewabahnya virus corona COVID-19 pertengahan Maret 2020 tiarap. Bahkan sebagian memilih banting harga untuk menarik minat wisatawan.
Hal itu dikatakan oleh Ketua BPD Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) DIY Deddy Pranowo Eryon. Menurutnya, persaingan bisnis hotel di Yogyakarta kini sudah tidak sehat, imbas dari virus corona.
“Perhotelan di DIY banyak yang banting harga alias terang-terangan menurunkan harga sehingga persaingan tarif hotel sudah tidak sehat lagi. Meskipun sudah turun harga sampai paling murah, tetap tidak laku alias okupansi tetap anjlok,” ujar Deddy Pranowo Eryono di Yogyakarta, dilansir KRJogja.
Deddy menjelaskan, tingkat hunian hotel non bintang mulai 0 persen sampai 20 persen saat ini. Sedangkan okupansi hotel bintang hanya dikisaran 10 sampai 30 persen per hari ini. Angka prosentase tersebut bisa dikatakan capaian cukup buruk dibandingkan tren okupansi low season perhotelan di DIY selama ini.
“Kondisi perhotelan di DIY sudah SOS, bahkan kita sudah rapat dengan Wakil Walikota yang masuk tim Gugus Tugas Penanganan Covid-19 DIY perihal kondisi ini. Tidak hanya kita, restoran pun nasibnya serupa dengan hotel, sama-sama terpuruk,” imbuhnya.Meskipun pelaku perhotelan di DIY telah banting harga tidak karuan alias habis-habisan, tetap saja tidak mendongkrak okupansi saat ini. PHRI DIY sudah memberikan himbuan kepada anggotanya agar tetap bisa menjaga etika bisnis terutama batas atas maupun batas bawah tarif yang diberlakukan sesuai bintangnya.
“Banyak yang sudah banting harga, tetapi belum menolong okupansi. Memang menjadi tidak sehat karena kondisi. Kita sebagai PHRI sudah menyampaikan kepada teman-teman kita harus ada etika bisnis, tetapi situasi dan kondisi saat ini tidak menolong,” tutur Deddy.
General Manager Hotel Ruba Grha Yogyakarta ini mengungkapkan, perhotelan terpaksa merumahkan sebagian karyawannya untuk sementara waktu atau layoff dan mengatur jam kerja. Keputusan ini tetaplah sangat pahit ditengah kondisi darurat virus korona yang terjadi di DIY maupun provinsi lainnya yang terdampak.
“Kita merumahkan karyawan saja tetapi tidak sampai PHK. Kita sudah habis-habisan membayar biaya operasional dan segala macam, kita tetap buka tetapi SDM kita kurangi saja biar tidak menimbulkan polemik baru,” tambah Deddy.PHRI DIY menegaskan pihaknya sangat menghargai karyawan karena mereka merupakan bagian dari hotel. Sebelum memutuskan layoff, manajemen perhotelan sudah memberikan pengertian karyawan kondisi ini yang menghendaki bukan manajer atau owner tetapi situasi yang mendunia.
“Layoff sudah banyak dilakukan terutama non bintang karena itu tadi okupansinya sudah ada yang 0 persen dan tidak ada pemasukan,”tandasnya.(*/Dan)