Histori

CERITA MACAN SILUMAN DAN LARANGAN TIUP SULING DI GUNUNG GUNTUR

visit indonesia

GARUT – Kabupaten Garut memiliki banyak gunung yang menawan. Beberapa di antaranya sangat akrab di telinga masyarakat khususnya para pecinta hiking.

&80 x 90 Image

Gunung Guntur adalah salah satunya. Gunung yang sangat ikonik bagi masyarakat Garut ini menyimpan beragam keindahannya.

Namun siapa sangka, di balik keindahannya tersebut, terkisahkan juga beragam misteri yang menyelimuti gunung dengan ketinggian 2.249 meter di atas permukaan laut.

Satu dari sekian banyak mitos yang berkembang, adalah mitos larangan meniup suling di Gunung Guntur. Sebagian masyarakat yang bermukim di kaki Gunung Guntur tepatnya di kawasan Kecamatan Tarogong Kaler percaya tentang adanya mitos larangan meniup suling itu.
“Memang masih ada sebagian warga yang mempercayai mitos tersebut. Katanya tidak boleh meniup suling di Gunung Guntur,” ujar Ucheu Ramdani (37), salah seorang warga Cimanganten, Tarogong Kaler, saat berbincang dengan wartawan, beberapa waktu lalu.
Kalau ada yang niup suling maung bungkeleukan sering menampakkan diri katanya. Ucheu Ramdani, warga Garut.

Menurut Ucheu, berdasarkan cerita yang dikisahkan orang tua dulu, kerap ada penampakan maung bungkeleukan (macan gentayangan) jika seseorang meniup suling di Gunung Guntur.

“Kalau kata orang tua mah maung bungkeleukan. Kalau ada yang niup suling maung bungkeleukan sering menampakkan diri katanya,” ucap Ucheu.
Namun, hingga saat ini, setidaknya sejak tahun 2000-an, belum ada laporan yang menyebut kejadian tersebut terjadi.Salah seorang masyarakat kaki Gunung Guntur lainnya, Encep (48) menjelaskan, mitos larangan meniup suling dan maung bungkeleukan erat kaitannya dengan peristiwa bersejarah zaman dahulu.

Encep menjelaskan, mitos tersebut lebih didasari ketakutan masyarakat saat terjadinya peristiwa pemberontakan DI/TII.

“Sejak saya dewasa, saya diberi pemahaman bahwa larangan meniup suling itu artinya enggak boleh ribut karena saat itu ABRI sedang mengepung gerombolan (Pasukan DI/TII),” ujar Encep kepada detikcom di tempat yang sama.

Menurut Encep, orang tua zaman dahulu menakut-nakuti anaknya dengan mitos tersebut agar tidak berisik khususnya saat malam hari.

“Gunung Guntur itu kan salah satu lokasi Operasi Pagar Betis yang dilakukan ABRI saat itu, karena Kartosoewirjo dan gerombolan ditangkap di Gunung Geber (berdampingan dengan Gunung Guntur),” katanya.

Terlepas dari benar atau tidaknya mitos dan cerita tersebut, Gunung Guntur tetaplah magnet bagi wisatawan dan para pendaki. Gunung Guntur selalu mendapat tempat di hati masyarakat karena keindahannya.

Beragam keindahan ditawarkan Gunung Guntur. Mulai dari padang ilalang yang terhampar luas, hingga gunung batu yang kerap dimanfaatkan sebagai spot fotografi.(*/Di)

Loading...